Karakteristik Bata, Mortar dan Kuat Geser Dinding Pasangan Bata dengan Variasi Proporsi Campuran Mortar (Studi Kasus Bata Mlati Sleman Jogjakarta)
Abstract
Sebagai salah satu daerah rawan gempa, Daerah Sleman perlu mendapat perhatian
terutama mengenai standar hangunannya. Dari beberapa kejadian gempa, diketahui hahwa
bangunan yang mengalami kerusakan adalah bangunan yang pada perancangannva tidak
memperhitungkan faktor gempa.
Bangunan rumah tinggal termasuk bangunan yang sering dirancang tanpa
memperhitungkan faktor gempa sehingga sering mengalami kerusakan parah bila terkena
gempa. Salah satu bagian rumah tinggal yang mengalami kerusakan adalah bagian dinding
dalam hal ini adalah pasangan bata. Kerusakan tersebut menunjukkan pola kerusakan
geser yaitu terjadinya retakan atau patahan yang memanjang searah bidang diagonal
pasangan bata. Kerusakan geser pada pasangan bata dapat diakibatkan oleh pengaruh
bahan penyusunnya (bata dan mortar) dan variasi campuran mortar yang dipakai.
Penelitian laboratorium dilakukan untuk mengetahui pengaruh variasi campuran
mortar baik dengan menggunakan pasir cuci dan tidak cuci dan bahan penyusun pasangan
bata terhadap kuat geser pasangan bata Sleman, sehingga bermanfaat untuk mengetahui
campuran mortar yang optimum yang mampu memherikan kekuatan menahan geser pada
pasangan hata dan dapat menjadi rujukan dalam pembuatan pasangan bata. Pengumpulan
data dilakukan dengan melakukan pengujian pada bata, mortar, pasir dan pasangan bata.
Penelitian ini menggunakan standar pengujian ASTM (untuk pengujian bata, mortar dan
pasangan bata) dan PBBI 1971 (untuk pemeriksaan kandungan lumpur dalam pasir).
Variasi campuran mortar yang digunakan adalah 1:0:3, 1:1 2:4. 1:1:5, 1:2:8 dan 1:3:10
dengan menggunakan pasir Sleman cuci dan tidak cuci.
Dari hasil pengujian kuat tekan bata diperoleh kuat tekan rata-rata sebesar 77.3 kg cm². Nilai kuat tekan mortar yang dipakai adalah yang mendekati nilai kuat tekan rata-rata
bata karena untuk memperoleh kuat tekan yang optimum. Hasil pengujian kuat tekan
mortar diperoleh nilai sehesar 72.253 kg cm² pada campuran mortar 1:1 2:4 dengan pasir
tidak cuci. Variasi campuran ini harus diperbandingkan dengan hasil pengujian kuat
lekatan mortar denganbata dan kuat geser dinding pasangan bata. Hasil pengujian kuat
lekatan mortar dengan bata menunjukkan nilai kuat lekatan mortar terlalu kecil
dibandingkan nilai kuat tekan bata dan mortar. Pola kerusakan sampel uji yang terjadi
pada bata kecuali pada sampel uji campuran 1:3:10 yang kerusakannya terjadi karena
lepasnya mortar. Hal ini terjadi baik pada campuran mortar yang menggunakan pasir tidak
cuci dan cuci. Kerusakan pada bata menyebabkan nilai kuat lekat kecil. Lekatan mortar
pada campuran 1:0:3, 1:1 2:4, 1:1:5 dan 1:2:8 (pasir tidak cuci dan cuci) terlalu kuat
melekat sehingga merusak bata, sedangkan pada campuran 1:3:10 (pasir tidak cuci dan
cuci) nilai lekatannya terlalu kecil. Dari pembahasan kuat lekatan diperoleh kesimpulan
hahwa campuran mortar yang optimum untuk lekatan terletak antara proporsi 1:2:8 dan
1:3:10. Hasil pengujian kuat geser pasangan hata menunjukkan bahwa campuran 1:0:3,
1:1 2:4, 1:1:5 dan 1:2:8 haik menggunakan pasir tidak cuci dan cuci tidak optimum untuk
kuat geser dinding pasangan hata. Hal ini ditunjukkan oleh pola kerusakannya yang
diakibatkan oleh lemahnya bata. Sedangkan campuran mortar 1:3:10 baik menggunakan
pasir tidak cuci dan cuci terlalu lemah menahan beban geser, hal ini ditunjukkan oleh pola
kerusakannya yang menunjukkan rusak mortar. Dari pembahasan di atas menunjukkan
kesimpulan bahwa campuran mortar yang optimum menahan geser terletak antara proporsi
1:2:8 dan 1:3:10. Dari pembahasan hasil pengujian kuat tekan bata, mortar dan kuat geser
pasangan bata di atas diperoleh kesimpulan hahwa variasi campuran mortar dengan
proporsi antara 1:2:8 dan 1:3:10 optimum menahan geser dari segi biaya lebih hemat
daripada menggunakan variasi campuran yang lain.
Collections
- Civil Engineering [4192]