dc.description.abstract | Di Indonesia, pada tahun 2016, Kementrian Kesehatan RI
mencatat jumlah kasus DBD pada bulan Januari-Februari sebanyak 8.487 kasus
dengan jumlah kematian 108 orang. Golongan terbanyak yang mengalami DBD di
Indonesia adalah mereka dengan usia 5-14 tahun yang mencapai 43,44% dan usia
15-44 tahun mencapai 33,25%. Setiap tahunnya terdapat lebih dari 250.000 kasus
DBD dan SSD dari 50 juta kasus infeksi dengue. Sindrom Syok Dengue adalah
sindrom penyakit infeksi virus dengue yang bermanifestasi satu atau lebih dari
tanda seperti kebocoran plasma dan atau akumulasi cairan dengan atau tanpa
distres pernafasan, perdarahan berat, dan atau kerusakan organ yang berat.
Disamping itu, nadi dan tekanan darah pasien tidak dapat diukur.
Tujuan: Tujuan dari penelitian yang ingin dicapai penulis adalah untuk
mengetahui ada tidaknya hubungan antara status gizi terhadap kejadian Sindrom
Syok Dengue pada anak usia 0-14 tahun dalam kurun waktu Januari-Desember
2016-2017 di RS PKU Muhammadiyah Bantul.
Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan
pendekatan cross sectional.
Hasil dan Pembahasan: Hasil analisis bivariat dengan menggunakan chi square
menunjukkan adanya hubungan antara status gizi dengan Sindrom Syok Dengue
(SSD). Status gizi yang berpengaruh adalah status gizi lebih (p=0,000, RR=2,42
CI=1,57-3,73). Faktor lain yang berhubungan adalah jumlah hematokrit ≥42%
(p=0,002, RR=1,929 CI=1,2-3,08). Hasil analisis multivariat menunjukkan status
gizi lebih dan jumlah hematokrit ≥42% merupakan faktor prediktor SSD pada
anak (p=0,000, RR=4,791 CI=2,18-10,532; p=0,042, RR=2,37 CI= 1,034-5,433).
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara status gizi dengan Sindrom Syok Dengue
(SSD) pada anak usia 0-14 tahun di RS PKU Muhammadiyah Bantul periode
Januari-Desember 2016-2017. | en_US |