dc.description.abstract | Tema perancangan ini diangkat atas 3 hal, yaitu globalisasi-modernisasi yang mulai mengkikis identitas
arsitektur lokal, kompleks masjid agung yang menjadi kawasan cagar budaya-landmark kawasan-tujuan
wisata, serta pasar wisata masjid agung demak yang belum direncanakan dengan baik. Indonesia memiliki
suku bangsa terbanyak di dunia, yakni sebanyak 1340 Suku Bangsa, dengan arsitektur yang khas di tiap-tiap
daerahnya. Oleh karena itu penting untuk menjaga kearifan lokal tersebut.
Arsitektur regional muncul sebagai salah satu solusi yang mulai berkembang pada tahun 1960-an
(Jenks, 1977). Arsitektur regional adalah sebuah pendekatan arsitektur yang menyatukan arsitektur lama dengan
yang baru. Arsitektur lama disini adalah arsitektur tradisional, sedangkan Arsitektur Baru adalah Arsitektur
kini. Upaya penggabungan antara masa lalu dengan masa sekarang akan menghasilkan bangunan yang
sesuai dengan kebutuhan sekarang tanpa menghilangkan nilai, esensi dan identitas dari arsitektur masa lalu
(Curtis,1985).
Arsitektur regional yang sifatnya abstrak membutuhkan batasan-batasan dan parameter yang jelas. Infill
design kemudian dipilih karena memiliki parameter dan arahan yang jelas. Infill design sendiri adalah
sebuah usaha penyisipan bangunan baru pada lahan kosong dalam suatu lingkungan/bangunan dengan karakteristik
kuat dan teratur. (Milla Ardiani, 2009). Metode ini biasa dilakukan di suatu kawasan cagar budaya
maupun kawasan yang memiliki sisi historis yang kuat, untuk mempertahankan identitas dari kawasan dan
bangunan setempat. Dalam kasus ini bangunan tersebut adalah Masjid Agung Demak yang termasuk ke dalam
salah satu masjid tertua di Indonesia.
Terdapat dua versi kapan Masjid ini didirikan, dalam Babad Demak Masjid ini disebutkan dibangun
pada tahun 1399 Saka atau 1447 Masehi, sedangkan dari ornamen masjid yang berbentuk bulus tertera 1401
Saka atau 1479 Masehi. Masjid Agung Demak sendiri masuk ke dalam Cagar Budaya dengan no. registrasi
RNCB.20151218.04.000096 dan berdasarkan keputusan SK Menteri No. 243/M/2015. Historis yang kuat membuat
Masjid Agung Demak menjadi salah satu tujuan wisata religi utama di Demak, yang mana sudah terkenal
dengan sebutan “Kota Wali”. Pada tahun 2017 saja, Badan Pusat Statistik Kab. Demak mencatat kunjungan ke
Masjid ini sejumlah 662 ribu kunjungan, baik wisatawan lokal maupun mancanegara. Namun, pasar wisata
yang ada sekarang ini hanya berupa los-los pedagang yang ada di sepanjang jalan keluar dan memberikan kesan
ruwet bagi para wisatawan, sehingga “Perancangan Pasar Wisata Kauman Demak dengan Pendekatan Arsitektur
Regional dan Infill Design” diusulkan sebagai solusi dan pemecahan masalah dalam kasus perancangan
ini. | en_US |