Perancangan Pusat Seni dan Kebudayaan di Kutai Kartanegara Dengan pendekatan Fleksibilitas dan Regionalisme Kritis
Abstract
Kutai Kartanegara merupakan kabupaten yang berada di wilayah provinsi Kalimantan Timur, memiliki potensi pariwisata yang layak jual kepada para wisatawan baik dalam negeri maupun mancanegara. Hal ini dukung dengan tinjauan kesejarahan bahwa Tenggarong merupakan ibukota wilayah Kerajaan Kutai Kertanegara ing Martapura, sebagai kerajaan Hindu tertua di Indonesia. Merespon rencana pemindahan Ibukota Negara ke Kutai Kartanegara, penulis melihat adanya kemungkinan pada perubahan sosial budaya yang akan sangat cepat terjadi dalam Ibu Kota yang baru. Akan banyak pendatang dan wisatawan masuk ke dalam wilayah Kutai Kartanegara untuk tujuan migrasi, bisnis maupun tujuan wisata. Dengan adanya para pendatang maka akan terdapat peralihan arus sosial budaya yang baru karena homogenitas akan berubah menjadi heterogenitas dari berbagai daerah dengan tradisi yang berbeda. Sehingga di butuhkan wadah untuk upaya pelestarian budaya dan kearifan lokal dari gerusan pertumbuhan yang masuk ke Ibu kota. Di usulkan rancangan bangunan untuk kegiatan aktifitas pembelajaran budaya, pengenalan budaya dan pergelaran budaya yang mampu menjadi daya tarik bagi pengunjung dengan tipologi Art & Cultural Centre. Art & Cultural Centre dirancang menjadi wadah area berkumpul, pelatihan, pertujukkan kesenian, tempat penjualan produk souvenir kriya tradisional serta kuliner. Usulan rancangan berada di lokasi strategis dilewati oleh Jalan Kolektor I dan dekat dengan Jembatan Kutai Kartanegara ing Martadipura yang menjadi sarana penghubung antara Kota Tenggarong dengan Kota Samarinda. Lokasi site juga berada di hilir Bangunan Pusat Informasi Pariwisata Tenggarong (Jam Bentong). Bersama dengan bangunan Informasi Pariwisata, usulan desain dapat menjadi perluasan kawasan pengenalan pariwisata dan sebagai pintu masuk ke Kutai Kartanegara. Desain bangunan memakai pendekatan Fleksibilitas sehingga mampu mengakomodasi ragam kegiatan penggunanya secara efisien dan untuk meninggalkan kesan pada passanger experience, maka digunakan metode Critical Regionalism dengan parameter Place Making untuk pengaplikasian karakter dan identitas wilayah.
Collections
- Architecture [3648]