Perancangan Sentra Batik di Yogyakarta sebagai Pusat Preservasi dan Edukasi Batik
Abstract
Yogyakarta merupakan kota pariwisata yang berkembang, dimana jumlah wisatawan yang berkunjung bertambah terus setiap tahunnya. Yang menjadi daya tarik wisatawan salah satunya adalah kebudayaannya, dalam kasus ini adalah budaya batik. Sudah sejak lama batik masuk ke sendi-sendi kehidupan di Yogyakarta. Batik pada mulanya hanya berkembang di lingkup Keraton, namun kini batik sudah berkembang di seluruh lapisan masyarakat. Kebudayaan batik di Yogyakarta sudah diakui oleh dunia setelah World Craft Council (WCC) badan aliansi UNESCO menetapkan Kota Yogyakarta sebagai Kota Batik Dunia pada Oktober 2014. WCC memiliki tujuh aspek penilaian dalam menetapkan predikat tersebut, yang terdiri dari Historical Value, Cultural Value, Transgeneration Value, Economic Value, Green Value,, Global Value, dan Consistency Value. Tujuh aspek tersebut harus selalu dikembangkan untuk mempertahankan predikat Kota Batik Dunia.
Koridor Prawirotaman, Tritodipuran, dan Suryodiningratan dulu merupakan kawasan batik yang cukup berkembang. Seiring dengan berjalannya waktu, kebudayaan batik di kawasan tersebut mulai hilang. Namun dengan masih adanya pengrajin batik di kawasan ini, penulis memiliki gagasan untuk menghidupkan kembali kebudayaan batik yang dulu ada dengan membuat Sentra Batik. Sentra batik ini diusulkan untuk mengembangkan batik terutama bagian preservasi dan edukasi. Sentra Batik ini nanti akan tediri dari tiga fungsi utama yaitu Collaborative Space, rekreasi edukatif dan tempat belajar pewarnaan batik alami. Selain itu, sentra batik ini juga bisa digunakan sebagai sarana untuk menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang behubungan dengan batik di lingkup Kota Yogyakarta.
Collections
- Architecture [3658]