IDENTIFIKASI KERANGKA KERJA MANAJEMEN RISIKO PADA PROYEK BOT DAN PROYEK KONVENSIONAL
Abstract
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sangat berpengaruh pada
kemampuan pemerintah dalam pengadaan proyek-proyek konstruksi, termasuk
proyek konstruksi yang berkaitan dengan fasilitas publik. Mengingat untuk
membangun sebuah proyek konstruksi diperlukan biaya yang sangat besar,
dimana Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang dan mempunyai
keterbatasan pada modal, maka Indonesia masih memerlukan dana atau investasi
dari pihak swasta baik lokal ataupun asing.
Penelitian ini bertujuan untuk memperkaya teori mengenai manajemen
konstruksi, karena diduga terdapat perbedaan/kekhususan penerapan manajemen
risiko pada proyek-proyek BOT dibandingkan proyek-proyek konvensional.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode diskriptif
yaitu dengan mengelompokkan masing-masing faktor-faktor risiko, dampak
probabilitas dan tingkat kepentingan faktor-faktor risiko pada proyek
konvensional dan BOT sehingga dapat diketahui perbedaan/ kekhususan
manajemen risiko pada proyek BOT dibandingkan pada proyek konvensional.
Hasil dari penelitian ini adalah faktor-faktor risiko yang terjadi pada
proyek BOT lebih kompleks dibandingkan dengan proyek konvensional. Dalam
tahap perencanaan dampak risiko terbesar menurut pemilik proyek konvensional
adalah "Inflasi" dengan nilai rata-rata 3,08, risiko "Inflasi" juga merupakan risiko
yang sangat diperhitungkan pada proyek BOT yang menempati rangking pertama
pada proyek pasar gede dengan nilai rata-rata 4,25, dan menempati rangking ke
dua pada proyek giwangan dengan nilai rata-rata 3,00. Sedangkan pada tahap
konstruksi dampak risiko terbesar pada proyek konvensional adalah "Change
Order" dengan nilai rata-rata 2,92, sedangkan pada proyek BOT risiko "Change
Order" tidak terlalu diperhitungkan yaitu pada peringkat ke dua puluh dengan
nilai rata-rata 2,50 pada proyek giwangan dan peringkat ke dua puluh lima dengan
nilai rata-rata 2,00 pada proyek pasar gede. Pada tahap operasi dampak risiko
terbesar pada proyek konvensional adalah "Kesalahan desain dari konsultan"
dengan nilai rata-rata 2,80, sedangkan pada proyek BOT risiko "Kesalahan desain
dan konsultan" pada peringkat ke empat dengan nilai rata-rata 3,00 pada proyek
giwangan dan peringkat ke dua dengan nilai rata-rata 3,75 pada proyek pasar
gede. Pada tahap pasca operasi dampak risiko terbesar pada proyek konvensional
adalah "Kesalahan desain dari konsultan" dengan nilai rata-rata 2,80, sedangkan
pada proyek BOT risiko "Kesalahan desain dari konsultan" pada peringkat ke
tujuh dengan nilai rata-rata 2,75 pada proyek giwangan dan peringkat ke dua
dengan nilai rata-rata 3,00 pada proyek pasar gede.
Collections
- Civil Engineering [4192]