Studi Perilaku Penghuni Sebagai Dasar Perancangan Permukiman Tepi Sungai Gadjah Wong Studi Kasus : Rt.07 Rw. 02 Dusun Papringan Kabupaten Sleman Yogyakarta
Abstract
Permukiman tepi sungai Gadjah Wong, tepatnya RT 07 RW 02 Dusun Papringan
Kabupaten Sleman secara umum memiliki problematika yang ditunjukkan oleh suatu tipologi
fenomenal melalui kondisi fisiknya. Kondisi fisik yang terbangun oleh masyarakat permukiman
teriihat kumuh bagi orang luar akibat perilaku masyarakatnya seperti meletakkan barang di luar
rumah, rumah- rumah yang saling berdempetan dan kegiatan mencuci di sungai. Kondisi ini
menimbulkan pertanyaan, bagaimana karateristik penghuni permukiman tepi sungai Gadjah Wong
tersebut yang dapat dijadikan panduan desain untuk menata hunian- huniannya agar sesuai
dengan perilaku sosial budayanya.
Berdasarkan survey lapangan, interview dan penyebaran kuesioner, didapatkan sampel
penelitian sebanyak 29 KK dalam 20 rumah. Metode yang digunakan adalah fenomenologi.yaitu
melalui proses karakterisasi perilaku menjadi 4 kategori: 1) fungsional, 2) ekonomi, 3) sosial dan 4)
lingkungan. Kategori fungsional diejawantahkan melalui kegiatan berkebun sebagai bentuk
penyaluran hobi sekaligus mengurangi bau dari sungai. Sedangkan kategori ekonomi diketahui dari
kegiatan membuka warung makan dalam hunian untuk menambah penghasilan. Budaya berkumpul
dan mengobrol di depan rumah setiap sore hari merupakan bentuk dari pengejawantahan kategori
sosial. Terakhir, kategori interaksi pada lingkungan diungkapkan melalui adanya undakan/ anak
tangga di sungai sebagai tempat mencuci di sungai.
Melalui proses analisis terhadap data lapangan, diketahui bahwa dari 20 sampel hunian,
didapatkan 8 rumah dipertahankan sebagai konstanta karena kondisi bangunan yang sudah cukup
baik serta memenuhi kebutuhan penghuninya baik dari segi perilaku maupun hirarki kebutuhan.
Sisanya, 12 rumah dirancang kembali karena kondisi hunian kurang memenuhi kebutuhan
penghuninya baik secara hirarki kebutuhan manusia maupun perilaku penghuni. Beberapa
spesifikasi hunian yang dirancang kembali diantaranya R1 (Rumah Bpk A. Baisuri) diredesain
memiliki ruang utama sebagai Rg.publik dan Rg. privat, area servis sebagai tempat menyimpan
barang dagangan dan terits diperpanjang untuk melindungi gerobak di depan rumah, R7 (Rumah
Bpk. Midin Hadi P.) yang tepat di tepi sungai direlokasi dan diredesain karena posisi rumah yang
tidak legal menurut peraturan dan R15 (Rumah Bpk.Sarjuni), hunian dengan fungsi sebagai warung
makan dan rumah tinggal. Fungsi warung dioptimalkan sebagai center of community untuk warga.
Entrance kawasan terdiri dari satu pintu masuk utama di Gang ORI 1 dan dua side entrance
yakni melalui jembatan titian penghubung antar dusun dan jalan setapak samping Museum Affandi.
Sirkulasi utama kawasan utama tetap menggunakan jalan kampung. Dibuat anak- anak tangga
setinggi 16 cm sebagai akses dari hunian pada daerah berkontur menuju jalan kampung dan
sungai. Pembatas fisik berupa kanstin setinggi 75-80 cm sebagai penghambat gerak bermain anakanak
ke sungai. Rekomendasi untuk konstruksi hunian digunakan bahan bangunan yang lama/ re
use dan bahan bangunan baru yang murah, mudah didapat dan kuat seperti genting kampung,
batako, kayu, bambu dll.
Collections
- Architecture [3648]