Kuat Lentur dan Kuat Geser Balok Beton Bertulang yang Diperkuat dengan Wire Mesh Tegak Satu Lapis
View/ Open
Date
2006Author
Sigit Setyabudi, 99511328
bambang wijanarko, 99511367
Metadata
Show full item recordAbstract
Retak-retak merupakan pertanda awal dari keruntuhan balok beton
bertulang yang dibebani lentur. Keruntuhan tersebut diakibatkan retak yang
semakin lebar dan panjang, yang merupakan kelanjutan dari pola retak yang
terjadi pada awal retak. Keruntuhan balok beton bertulang tidak dikehendaki
terjadi secara tiba-tiba yang merupakan tipe dari keruntuhan geser. Untuk itu
balok beton bertulang harus dirancang bersifat daktail, yaitu kuat geser harus lebih
kuat daripada kuat lenturnya. Untuk mencapai kondisi tersebut, balok diberi
tulangan badan atau tulangan geser berupa sengkang. Dan untuk memperoleh sifat
balok yang lebih daktail diperlukan tulangan geser yang lebih rapat dibanding
pada daerah lentur. Dalam penelitian ini dicari alternatif untuk menggantikan
peran sengkang yaitu dengan menggantikan sebagian atau seluruh peran sengkang
tersebut pada daerah lentur maupun geser dengan kawat strimin bentuk persegi 1
lapis.
Pada penelitian ini, dibuat benda uji balok beton bertulang dengan
selubung kawat strimin persegi 1 lapis dengan ukuran diameter 0.9 mm dan jarak
bukaan kawat sebesar 2,54 x 2,54 (cm). Balok uji terdiri dari 7 model balok, balok
kontrol yang berjumlah 2 balok yaitu balok beton bertulang tanpa menggunakan
sengkang (TSK) dan balok beton bertulang dengan menggunakan sengkang (BN),
sedangkan 5 balok sebagai balok yang diberi variasi kawat strimin dan sengkang
antara lain: Balok beton bertulang dengan menggunakan kawat strimin sebagai
pengganti sengkang (TKTS), balok beton bertulang menggunakan kawat strimin
pada daerah geser (TKGTS), balok beton bertulang menggunakan kawat strimin
dan sengkang (TSKP), balok beton bertulang menggunakan kawat strimin pada
daerah geser dan sengkang (TSKG) dan balok beton bertulang mengunakan kawat
strimin pada daerah geser dan pengurangan 50% sengkang pada daerah geser
(TS50KG). Dengan ukuran bentang balok (L) = 1920 mm, lebar (b) = 150 mm,
tinggi (h) = 300mm. Sebelum pengujian dilakukan balok dilapisi kapur dan dibuat
kotak-kotak agar pola retak dapat terlihat. Pembacaan beban tiap kenaikan 5 kN
dan lebar retak diukur tiap 10 kN dengan alat microcrack, hasil dari beban dan
lendutan dapat dilihat pada alat datalogger yang terhubung dengan loadcell dan 3
buah LVDT, sedangkan tumpuan yang digunakan adalah sendi dan rol.
Data yang diperoleh dari pengujian ini adalah beban, lendutan, lebar retak
dan panjang retak. Dan setelah dianalisis beban maksimum dan lendutan yang
diperoleh masing-masing balok antara lain: BN (177 kN, 16.907 mm), TSK (120
kN, 3.323 mm), TKTS (150 kN, 5.27 mm), TKGTS (185 kN, 9.98 mm), TSKP
(180 kN, 11.85 mm), TSKG (185 kN, 7.54 mm) dan TS50KG (180 kN, 12.19
mm). Sedangkan kekakuan dan daktilitas dari masing-masing balok antara lain
BN (26.583 kN/mm, 2.723), TSK (42,77 kN/mm, 2.03), TKTS (34.392 kn/mm,
1.601), TKGTS (23.684 kN/mm, 1.587), TSKP (29.982 kN/mm, 2.959), TSKG
(25.237 kN/mm, 1.301) dan TS50KG (31.015 kN/mm, 2.570). Dari data yang
diperoleh penggunaan kawat strimin bila bandingkan dengan balok tipe BN yang
merupakan balok kontrol adanya peningkatan kekuatan dan juga keretakan pada
daerah lentur maupun daerah geser terjadi secara bertahap.
Collections
- Civil Engineering [4225]