dc.contributor.author | Anton Budi Dharma, 00511256 | |
dc.date.accessioned | 2020-07-30T10:09:26Z | |
dc.date.available | 2020-07-30T10:09:26Z | |
dc.date.issued | 2006 | |
dc.identifier.uri | http://hdl.handle.net/123456789/23082 | |
dc.description.abstract | Landas pacu merupakan salah satu komponen utama dalam sistern bandar
udara, yang sangat mempengaruhi kinerja dari seluruh kegiatan operasional.
Pengetahuan tentang penentuan ketebalan lapis keras landas pacu sangatlah
penting, agar bandar udara yang dirancang mampu memberikan pelayanan yang
optimal bagi lalu lintas yang direncanakan dan dapat melayani perkembangan
yang akan datang. Bandar udara Adisutjipto Yogyakarta saat ini mempunyai
panjang landas pacu 2200 m, lebar 45m, dan tebal total perkerasan 92,5 cm.
Penentuan tebal lapis keras landas pacu (runway) untuk bandar udara
Adisutjipto Yogyakarta, dimana dengan menggunakan beberapa metode
perancangan yang telah diakui oleh Internasional Civiliation Aviation
Organization (ICAO). Metode ini diantaranya adalah metode CBR LCN dan
FAA.
Dengan menggunakan data perancangan yang sama ditentukan tebal lapis
keras landas pacu dengan menggunakan ketiga metode perancangan di atas.
Perbedaan mendasar hasil perhitungan tebal lapis keras landas pacu dengan
menggunakan ketiga metode tersebut terletak pada asumsi dan parameter yang
digunakan pada masing-masing metode, serta prosedur perancangan yang
digunakan dalam penelitian dan pengembangan permasalahan lapis keras landas
pacu yang dilakukan oleh masing-masing badan penerbangan yang
mengeluarkan metode tersebut, sedangkan persamaan dari ketiga metode adalah
daya dukung dasar dan bahan lapis keras (surface dan base course) dinyatakan
dalam nilai CBR. Kajian ulang hitungan ketebalan lapis keras landas pacu
bandar udara Adisutjipto Yogyakarta menggunakan data yang didapat dari PT.
Angkasa Pura I bandar udar Adisutjipto Yogyakarta.
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan pesawat rencana B-737-400
untuk masing-masing metode didapat ketebalan total lapis keras landas pacu
sebesar 102 cm berdasarkan metode CBR, 87,7 cm berdasarkan metode FAA,
85,0 cm berdasarkan metode LCN. Berdasarkan pada hasil perhitungan maka
dapat disimpulkan bahwa metode CBR merupakan metode yang menghasilkan
ketebalan total terbesar (102 cm) sedangkan LCN merupakan metode yang
menghasilkan ketebalan total yang paling tipis (85,0 cm), dan masih memenuhi
persyaratan untuk keamanan dan kenyamanan selama pesawat akan melakukan
tinggal landas dan pendaratan . | en_US |
dc.publisher | Universitas Islam Indonesia | en_US |
dc.subject | Evaluasi Tebal Lapis Keras | en_US |
dc.subject | Landas Pacu Bandara Adisutjipto | en_US |
dc.subject | Guna Melayani Penerbangan Internasional | en_US |
dc.subject | Metode CBR, FAA dan LCN | en_US |
dc.title | Evaluasi Tebal Lapis Keras Landas Pacu Bandara Adisutjipto Guna Melayani Penerbangan Internasional dengan Metode CBR, FAA dan LCN | en_US |