dc.description.abstract | Simpang bersinyal Jokteng Kulon merupakan daerah yang
menghubungkan antara Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Simpang
bersinyal Jokteng Kulon adalah simpang bersinyal lima lengan dengan empat
fase. Permasalahan yang timbul pada simpang bersinyal Jokteng Kulon yaitu
terjadinya suatu kondisi panjang antrian dengan lebar lengan yang ada
menyebabkan antrian kendaraan yang tidak pernah habis atau masih tersisa pada
saat lampu hijau sehingga kendaraan berhenti lebih dari satu kali. Untuk itu
diperlukan suatu alternatif pemecahan masalah agar kinerja simpang menjadi
lebih optimal atau lebih baik.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari kapasitas dan derajat
kejenuhan simpang bersinyal Jokteng Kulon pada kondisi aktual sampai dengan
tahun 2010. Pemecahan permasalahan pada simpang bersinyal Jokteng Kulon
lebih mengedepankan pada optimalisasi waktu siklus dan perubahan geometrik
jalan dengan pelebaran jalan pada masing - masing lengan simpang bersinyal.
Metode yang digunakan untuk perhitungan analisis simpang bersinyal adalah
metode MKJI 1997. Sedangkan untuk perhitungan volume lalu lintas sampai
dengan tahun 2010 digunakan analisis tingkat pertumbuhan lalu lintas (% per
tahun). Data primer untuk data geometrik simpang, data sinyal lalu lintas, data
arus lalu lintas, dan hambatan samping didapatkan dari pengamatan di lapangan
yang dilakukan selama tiga hari pada jam - jam sibuk pagi, siang, dan sore
dengan mengunakan handycam dan meteran. Data sekunder berupa jumlah
penduduk dan jumlah kepemilikan kendaraan didapatkan dari Biro Pusat Statistik
Yogyakarta.
Berdasarkan hasil analisis simpang bersinyal Pojok Benteng Kulon pada
kondisi aktual didapatkan nilai derajat kejenuhan pada pendekat utara sebesar
1,386, pendekat selatan sebesar 1,41, pendekat timur sebesar 1,262, pendekat
timur laut sebesar 0,704 dengan kendaraan terhenti rata - rata sebesar 2,81
stop/smp. Dari perhitungan beberapa alternatif pemecahan masalah yang telah
dilakukan maka diambil alternatif ke-3 yaitu perubahan geometrik dengan
penambahan lebar pendekat sebesar 2,5m untuk lengan utara, selatan, dan timur.
Sedangkan penambahan lebar keluar sebesar 5,6 m untuk sisi lengan utara, 3,85
untuk sisi lengan selatan, dan 2,5 untuk sisi lengan timur. Dengan demikian
lebar lengan utara sebesar 15m, lengan selatan sebesar 15,5 m dan lengan timur
sebesar 17 m. Hasil alternatif ke-3 diperoleh derajat kejenuhan sebesar 0,706 dan
kendaraan terhenti rata - rata sebesar 0,55 stop/smp untuk kondisi aktual dan
alternatifke-3 pada tahun 2010 didapatkan derajat kejenuhan sebesar 0,869 dan
kendaraan terhenti rata - rata sebesar 0,54stop/smp.
Kata - kata kunci : Arus, Kapasitas, Derajat Kejenuhan, Perubahan Geometrik,
Pertumbuhan Lalu Lintas. | en_US |