Show simple item record

dc.contributor.authorWahyu Rahminanto, 95340010
dc.date.accessioned2020-07-01T04:57:56Z
dc.date.available2020-07-01T04:57:56Z
dc.date.issued1999
dc.identifier.urihttp://hdl.handle.net/123456789/21894
dc.description.abstractMuseum merupakan tempat mengumpulkan ( to colled ), merawat ( to conserve ), dan memamerkan ( to echibit ) hasil budaya manusia dan lingkungannya untuk kepentingan penelitian. pendidikan, dan rekreatif. Dengan fungsinva tersebut, mengakibatkan pengunjung museum mempunyai latar belakang pendidikan, sosial ekonomi dan budaya yang berbeda. Latar belakang pengunjung yang berbeda menimbulkan motivasi pengunjung yang berbeda-beda. Dan motivasi yang berbeda akan menimbulkan suatu keinginan yang berbeda pula. Keinginan untuk memilih obyek amatan sesuai dengan motivasi berkunjungnya, keinginan untuk berputar, berbalik arah ke obyek amatan yang lain sesuai dengan keinginannva. Para pengunjung yang memiliki keinginan yang berbeda-beda tersebut memerlukan suatu sarana berupa sirkulasi pengunjung ruang pamer yang fleksibel. Dilain pihak suatu museum serangga akan selalu menambah koleksi museumnya. Karena itu diperlukan suatu pemikiran organisasi ruang yang dapat mengembangkan ruang-ruang yang dibutuhkan tersebut tanpa menimbulkan dampak yang negatif dimasa yang akan datang. Strategic design yang digunakan untuk menjawab problem tersebut dengan menganalisa macam-macam sirkulasi ruang pamer yang selama ini pernah dipakai dan mencoba untuk mencari macam sirkulasi yang bisa menjawab permasalahan tersebut. Setelah itu pengolahan organisasi ruang keseluruhan dengan memperhatikan ruang-ruang yang akan dikembangkan nantinya jangan sampai menimbulkan dampak negatif terhadap ruang-ruang yang sudah ada. Dampak negatif seperti terhalangnya view, cahaya, dan sirkulasi kegiatannya. Permasalahan lain yang coba untuk diangkat dalam penulisan ini adalah mengenai ekspresi bangunan museum. Ekspresi bangunan museum dapat diekspresikan dengan menganalogikan fungsi-fungsi bagian tubuh atau sifat serangga yang banyak diketahui masyarakat secara umum kedalam suatu ekspresi bangunan. Ekspresi yang terkandung didalam bentuk bangunan museum tersebut diharapkan dapat mengkomunikasikan fungsi dan kegiatan yang ada didalamnya kepada orang yang mengamatinya. Penganalogian tersebut biasa disebut dengan analog linguistik. Lingkungan sekitar site juga perlu diperhatikan sebagai salah satu obyek yang dapat mempengaruhi ekspresi bangunan museum. Dengan memperhatikan lingkungan sekitarnya diharapkan keberadaan bangunan museum tersebut dapat lebih diterima oleh lingkungannya.en_US
dc.publisherUniversitas Islam Indonesiaen_US
dc.subjectMuseum Serangga Indonesia Di Yogyakartaen_US
dc.titleMuseum Serangga Indonesia di Yogyakartaen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record