Pengaruh Persentase Gaya Prategang terhadap Lendutan pada Balok Prategang Parsial
Abstract
Pada dasarnya filosofi desain beton prategang adalah menciptakan suatu
material baru dengan membuat beton dalam keadaan desak sehingga tegangan
tarik pada beton tersebut dapat dihilangkan. Dalam perkembangannya ternyata
diindikasikan bahwa masih ada kekuatan tarik pada beton yang dapat dijadikan
sebagai kekuatan tambahan, desain yang berdasarkan pada filosofi ini disebut
beton prategang parsial. Pada beton prategang parsial digunakan tulangan
prategang dan tulangan non-prategang namun kekuatan terhadap lentur akan
tetap sama dengan prategang penuh. Penambahan tulangan non-prategang pada
balok prategang parsial akan memberikan karakteristik lendutan yang berbeda
dengan lendutan yang terjadi pada balok prategang penuh. Tujuan dari
penulisan tugas akhir ini adalah untuk mengetahui karakteristik lendutan balok
prategang parsial dengan berbagai proporsi tulangan prategang dan tulangan
non-prategang sesuai dengan persentase gaya prategang yang diberikan.
Analisis pertama yang dilakukan adalah merencanakan balok prategang
bentang 20, 25 dan 30 meter dengan memberikan gaya prategang sebesar 100%
(penuh), 90%, 80%, 70%, 60%) dari gaya yang dibutuhkan pada balok prategang
penuh. Analisis selanjutnya adalah analisis lendutan dengan menggunakan
metode "Approximate Time Step Method". Analisis lendutan meliputi lendutan
jangka pendek (lendutan seketika) dan lendutan jangka panjang.
Dari analisis pada tugas akhir ini dapat disimpulkan bahwa besarnya
gaya prategang menjadi dasar dalam penggunaan jumlah tulangan prategang
(serat tendon) dan tulangan non-prategang yang digunakan, sedangkan
pengurangan jumlah serat tendon akan memperbesar tegangan tarik yang terjadi.
Untuk setiap bentang pengurangan gaya prategang yang diberikan akan tetap
menghasilkan lendutan ke atas (camber) yang sama. Pengaruh faktor yang
berhubungan dengan umur beton pada saat penambahan beban akan menambah
besar lendutan, baik akibat gaya prategang, berat sendiri, beban mati maupun
beban hidup. Semakinpanjang bentang semakin besar pula lendutan akibat berat
sendiri dan beban luar, sehingga pada umur pembebanan yang relatif lama
superposisi lendutan pada bentang panjang dapat berupa lendutan ke bawah.
Collections
- Civil Engineering [4205]