Studi Perbandingan Beban Hidup pada Beban Jalur Jembatan Jalan Raya (Standar PPPJJR, PPTJ, AASHTO, BSI dan JRA)
Abstract
Jembatan di Indonesia direncanakan dengan beban rencana untuk
lantai jembatan sebesar 20 ton per sumbu dan beban untuk gelagar
adalah beban merata 8 kN/m² (untuk bentang sampai 30 m) dan beban
garis 44 kN/m yang kurang lebih setara dengan 20 ton persumbu, jika
terjadi muatan yang melebihi kapasitas tersebut, maka laju kerusakan
jembatan lebih cepat. Perkembangan transportasi sekarang cenderung
menyebabkan banyak kendaraan yang membebani jembatan dengan
beban gandar lebih dari 20 ton dan dengan intensitas beban yang tinggi,
sehingga kapasitas jembatan menjadi cepat kritis. Sebagai
penyelesaiannya di perlukan analisis dengan mengevaluasi standar
pembebanan jembatan yang ada.
Analisis dilakukan dengan cara membandingkan beban hidup
menurut peraturan pembebanan jembatan jalan raya di Indonesia dan di
negara Amerika Serikat (AASHTO), Inggris (BSI) dan Jepang (JRA).
Untuk Indonesia peraturan yang digunakan adala Peraturan Perencanaan
Pembebanan Jembatan Jalan Raya (PPPJJR 1987) dan Peraturan
Perencanaan Teknik Jembatan (PPTJ 1992) suatu rancangan peraturan
pembebanan jembatan yang dikeluarkan Bridge Management Sytem
(BMS 1992). Analisis tersebut meliputi perhitungan momen lentur dan
gaya geser maksimum pada gelagar jembatan bentang sederhana (simple
beam) dan bentang menerus (continuous beam).
Menurut peraturan dari negara yang ditinjau sampai bentang 50 m,
momen lentur akibat beban hidup (dengan kejut) untuk gelagar bentang
sederhana (simple beam) menurut PPPJJR 1987 lebih besar di
bandingkan dengan AASHTO, JRA (untuk bentang 30m- 50 m) namun
lebih kecil dibandingkan dengan PPTJ 1992 (mulai bentang 20 m). Gaya
geser maksimum beban hidup (dengan kejut) untuk gelagar bentang
sederhana (simple beam) menurut PPPJJR 1987 lebih besar
dibandingkan dengan AASHTO, namun lebih kecil dibandingkan dengan
PPTJ, JRA dan BSI (mulai bentang 20 m). Momen lentur dan gaya geser
maksimum akibat beban hidup (tanpa kejut) menurut PPPJJR 1987 lebih
besar dibandingkan dengan AASHTO, JRA dan PPTJ (untuk bentang 35
m - 50 m).
Momen lentur akibat beban hidup (dengan kejut) untuk gelagar
bentang menerus (continuous beam) menurut PPPJJR 1987 lebih besar
dibandingkan dengan momen lentur AASHTO, BSI dan JRA tetapi lebih
kecil dari PPTJ 1992. Gaya geser maksimum akibat beban hidup (dengan
kejut) menurut PPPJJR 1987 lebih besar dibandingkan dengan gaya
geser AASHTO, JRA (mulai bentang 25 m- 50 m) dan PPTJ 1992 (mulai
bentang 35m - 50 m), namun lebih kecil dibandingkan dengan BSI (mulai
bentang 30 m - 50 m).
Collections
- Civil Engineering [4192]