dc.description.abstract | Penggunaan pipa berporasi sebagai sistem resapan horizontal pada daerah
muka air tanah dangkal, yang tidak disesuaikan dengan kemampuan pipa dalam
meresapkan air limbah dan laju infiltrasi tanah, akan menyebabkan air limbah
meluap ke permukaan. Luapan limbah tersebut mengakibatkan genangan yang dapat
mengganggu lingkungan dan kesehatan. Oleh karena itu untuk mendapatkan pipa
yang sesuai dan efisien digunakan, maka perlu dilakukan penelitian mengenai
korelasi diameter pipa, diameter lubang resapan dan jarak lubang dengan laju
infiltrasi pada suatu kawasan.
Penelitian ini dilakukan dilaboratorium Hidrolika Teknik Sipil UII, dengan
membuat pemodelan pipa. Pipa yang digunakan adalah pipa PVC berdiameter 1½",
2", 2½", dan 3" dengan diameter lubang resapan 0,5, 1,0, dan 1,5 cm, yang jarak
antar lubang resapan 10, 20, 30, 40, dan 50 cm, kemudian pipa tersebut dihubungkan
dengan kolam air, sehingga tinggi muka air menjadi 1,0, 1,5 dan 2,0 m dari sumbu
pipa. Pada bagian sekeliling pipa diberi ijuk, pasir dan kerikil sebagai saringan.
Setelah dilakukan pengujian dan pembahasan maka didapatkan hasil sebagai
berikut, untuk kawasan dengan laju infiltrasi 13,15 cm/jam, pipa yang sesuai adalah
pipa dengan diameter ∅1½", ∅ lubang 5 mm, dan jarak antar lubang 40 cm. Untuk
bangunan dengan luas atap 100 m², curah hujan 18 mm/hari dan kedalaman muka
air tanah 2,5 m dari permukaan tanah, serta laju infiltrasinya sebesar 11,33 cm/jam,
resapan yang efektif digunakan adalah resapan horizontal, karena untuk resapan
vertikal memerlukan kedalaman 3,5015 m dengan diameter sumur resapan 2 m.
Panjang pipa yang dibutuhkan untuk meresapakan air hujan pada bangunan diatas
adalah 26,4482 m. | en_US |