dc.description.abstract | Retak-retak merupakan pertanda awal dari keruntuhan balok beton
bertulang yang dibebani lentur. Keruntuhan tersebut diakibatkan retak yang
semakin lebar dan panjang, yang merupakan kelanjutan dari pola retak yang
terjadi pada awal retak. Keruntuhan balok beton bertulang tidak dikehendaki
terjadi secara tiba-tiba yang merupakan tipe dari keruntuhan geser. Untuk itu
balok beton bertulang harus dirancang bersifat daktail, yaitu kuat geser harus lebih
kuat daripada kuat lenturnya. Untuk mencapai kondisi tersebut, balok diberi
tulangan badan atau tulangan geser berupa sengkang. Dan untuk memperoleh sifat
balok yang lebih daktail diperlukan tulangan geser yang lebih rapat dibanding
pada daerah lentur. Dalam penelitian ini dicari alternatif untuk menggantikan
peran sengkang yaitu dengan menggantiken sebagian atau seluruh peran sengkang
tersebut pada daerah lentur maupun geser dengan kawat strimin bentuk persegi 2
lapis.
Pada penelitian ini, dibuat benda uji balok beton bertulang dengan
selubung kawat strimin persegi 2 lapis dengan ukuran diameter 0.9 mm dan jarak
bukaan kawat sebesar 2,54 x 2,54 (cm). Balok uji terdiri dari 7 model balok, balok
kontrol yang berjumlah 2 balok yaitu balok beton bertulang tanpa menggunakan
sengkang (TSK) dan balok beton bertulang dengan menggunakan sengkang (BN).
sedangkan 5 balok sebagai balok yang diberi variasi kawat strimin dan sengkang
antara lain: Balok beton bertulang dengan menggunakan kawat strimin sebagai
pengganti sengkang (TK2TS), balok beton bertulang menggunakan kawat strimin
pada daerah geser (TK2GTS), balok beton bertulang menggunakan kawat strimin
dan sengkang (TSK2P), balok beton bertulang menggunakan kawat strimin pada
daerah geser dan sengkang (TSK2G) dan balok beton bertulang menggunakan
kawat strimin pada daerah geser dan pengurangan 50% sengkang pada daerah
geser (TS50K2G). Dengan ukuran bentang balok (L) = 1920 mm, lebar (b) = 150
mm, tinggi (h) = 300mm. Sebelum pengujian dilakukan balok dilapisi kapur dan
dibuat kotak-kotak agar pola retak dapat terlihat. Pembacaan beban tiap kenaikan
5 kN dan lebar retak diukur tiap 10 kN dengan alat microcruck, hasil dari beban
dan lendutan dapat dilihat pada alat datalogger yang terhubung dengan loadcell
dan 3 buah LVDT, sedangkan tumpuan yang digunakan adalah sendi dan rol.
Data yang diperoleh dari pengujian ini adalah beban, lendutan, lebar retak
dan panjang retak. Dan setelah dianalisis beban maksimum dan lendutan yang
diperoleh masing-masing balok antara lain: BN (177 kN, 16.907 mm), TSK (120
kN, 3.323 mm), TK2TS (180 kN, 14.087 mm), TK2GTS (185 kN, 12.147 mm),
TSK2P (170 kN, 8.173 mm), TSK2G (180 kN, 13.907 mm) dan TS50K2G (188
kN, 15.247 mm). Sedangkan kekakuan dan daktilitas dari masing-masing balok
antara lain BN(26.583 kN/mm, 2.723), TSK (42,77 kN/mm, 2.03). TK2TS (25.26
kn/mm, 2.094), TK2GTS (28.157 kN/mm, 2.073), TSK2P (33.827 kN/mm,
1.727), TSK2G (36.817 kN/mm, 3.304) dan TS50K2G (34.979 kN/mm, 3.138).
Dari data yang diperoleh penggunaan kawat strimin bila dibandingkan dengan
balok tipe BN yang merupakan balok kontrol adanya peningkatan kekuatan dan
juga keretakan pada daerah lentur maupun daerah geser terjadi secara bertahap. | en_US |