dc.description.abstract | Kesulitan tuna netra pada hakekatnya menyangkut aspek-aspek fisik, ekonomi,
sosial dan psikologis. Dimana dengan persoalan tersebut membuat mereka tidak percaya
diri lagi dengan kemampuannya, sehingga mereka sangat tergantung dengan uluran
tangan dan pertolongan orang lain baik dalam kegiatan keseharian dan dalam
berorientasi-mobilisasi.
Permasalahannya adalah bagaimana merancang kembali Panti Sosial Bina Netra
agar kelak siswa dapat hidup mandiri baik masih dalam pendidikan ataupun sudah lulus
dan hidup di luar panti. Secara arsitektural dengan mengedepankan pola dan kualitas
ruang sirkulasi serta tata ruangnya berdasarkan program kegiatan dan jenis kegiatannya
dalam merancang panti yang dapat dipahami tunanetra.
Terdapat berbagai strategi pemecahan permasalahan pendidikan kemandirian
yaitu;
1. Dengan memfasilitasi ruang sirkulasi standard tuna netra pada sebagian kelompok
kegiatan, meliputi; unit Asrama yang sama sekali tidak mempunyai standard
tuna netra, unit Kantor yang mempunyai sedikit standard tuna netra, dan unit
Sekolah yang sesuai standards tuna netra.
2. Dengan mewujudkan kemandirian dalam segala bidangbagi tunanetra tersebut maka
diperlukan suatu analisa pola dan kualitas ruang sirkulasi serta tata ruang mandiri,
dengan pendekatan-pendekatan meliputi;
a. Organisasi Ruang Mandiri yang didasarkan pada kebutuhan ruang dan analisa
pelaku kegiatan yang dirumuskan dari fasilitas penunjang panti, struktur
organisasi dan jenis kegiatan mandiri.
b. Pola dan Kualitas Ruang Sirkulasi yang didasarkan pada karakteristik
tunanetra dalam bermobilitas, klasifikasi tunanetra, dimensi-elemen-bentuk
ruang sirkulasi bagi tunanetra, standards tunanetra, dan alat bantu tunanetra
dalam bermobilitas. | en_US |