Show simple item record

dc.contributor.authorMuh. Syamsul Usman, 95340089
dc.date.accessioned2020-06-08T00:20:25Z
dc.date.available2020-06-08T00:20:25Z
dc.date.issued2002
dc.identifier.urihttp://hdl.handle.net/123456789/21113
dc.description.abstractWayang sebagai karya budaya nenek moyang bangsa Indonesia, berkembang Indonesia sejak jaman prasejarah hingga Indonesia mencapai kemerdekaannya. Indonesia sendiri memiliki berbagai jenis wayang dari berbagai daerah, mis : Jawa, Madura, Lombok, Bali, ditambah beberapa dari Sumatera. Dalam perkembangan seni pewayangan, wayang tidak terlepas dari perjalanan sejarah, dimana pada masa tertentu keberadaan wayang berbeda-beda dalam hal ini dapat dilihat dari bahan, jenis serta cerita wayang itu sendiri. Dan dalam upaya pelestarian wayang, pembahasan ini difokuskan pada pelestarian yang berhubungan dengan wayangnya sendiri yaitu yang berhubungan dengan pementasan. Yogyakarta merupakan sebuah kota dengan berbagai predikat, sebagai kota budaya, kota pelajar dan sebagai kota tujuan wisata. Yang sekaligus menjadi andalan usaha kepariwisataan yang memberikan banyak peluang bagi pengembangan kepariwisataan yang berkaitan dengan wayang. Hal ini terbukti dengan adanya pusat-pusat pegelaran wayang dan pusat kerajinan di Yogyakarta. Yogyakarta termasuk dalam jalur wisata Internasional untuk jenis wisata budaya, posisi ini menjadikan Yogyakarta representatif sebagai ajang promosi berbagai seni budaya termasuk didalamnya promosi seni pewayangan. Seni pewayangan yang dimaksud adalah atraksi kesenian wayang, berupa seni pertunjukan wayang kulit dan wayang orang / wong, yang ceritanya bersumber pada cerita Mahabarata dan Ramayana, dan dipentaskan dalam gaya/versi Yogyakarta maupun Surakarta. Pada perkembangannya, karakter wayang orang tidak hanya disajikan dalam bentuk drama tradisional klasik, yang pementasannya sangat didukung setting panggung yang bervariasi sesuai waktu, tempat dan kejadian cerita, tetapi juga disajikan dalam bentuk sendratari yang lebih menonjolkan koreografi tariannya. Pada karakter jenis wayang kulit digerakkan oleh dalang secara kreatif dan atraktif bersamaan dengan dialog yang diungkapkannya. Wayang dua dimensional terbuat dari kulit yang dipentaskan, yang menggambarkan beraneka karakter tokoh wayang sehingga perlu penghayatan visual yang tinggi. Penyajian wayang kulit membutuhkan dua arah pandang yaitu dari depan kelir dan belakang kelir. Pemilihan karakter tokoh Raden Arjuna pada penampilan gedung pertunjukan wayang ini karena dilatarbelakangi oleh watak, sifat dan ciri-ciri yang dimilikinya. Mempunyai watak suka menolong, berparas rupawan dan berpola hidup sederhana, berbudi luhur dan halus segala perbuatannya, tutur katanya menarik. Perbedaan yang mendasar pada tokoh Raden Arjuna dengan tokoh pewayangan lainnya adalah karena tokoh Raden Arjuna merupakan anugrah jelmaan (titisan) Sang Hyang Bhatara Wisnu (Dewa Pemelihara/Pelestari). Penyatuan dua karakter wayang yang berbeda ini agar gedung pertunjukan wayang yang direncanakan akan lebih efektif. Pemusatan kegiatan wayang terutama wayang kulit dan wayang orang dalam satu wadah merupakan alternatif dalam menjawab peran wadah kesenian wayang yang sudah ada. Sebagai permasalahan yang diangkat adalah fleksibilitas ruang pertunjukan untuk memenuhi tuntutan penyajian wayang kulit dan wayang orang sehingga menunjang kenyamanan visual dan auditif penonton. Bagaimana mengekspresikan karakter tokoh Raden Arjuna pada penampilan gedung pertunjukan wayang. Sebagai pembahasan dari permasalahan yang diangkat adalah fleksibilitas ruang pertunjukan wayang dengan pengaturan tata letak panggung dan penonton terhadap perubahan arah pandang. Pengaturan tata letak panggung, penonton terhadap perubahan suasana. Tata letak panggung dan penonton berdasarkan fleksibilitas penggunaan ruang terhadap perubahan arah pandang dan suasana. Dengan perubahan-perubahan yang terjadi maka diharapkan kenyamanan penonton dapat/tetap terpenuhi. Perwujudan karakter wayang Raden Arjuna pada bangunan yaitu pada kuatnya unsur gagah perkasa, dengan penonjolan pilar atau kolom bangunan, dengan penempatan bangunan pada bidang landasan yang tinggi. Karakter rupawan dan unsur kelembutan dari Raden Arjuna yang dieksprestkan pada penampilan bangunan. Dalam gedung pertunjukan wayang kulit dan wayang orang ini juga didukung dengan fasilitas penunjang yang lain sehingga diharapkan gedung pertunjukan ini mampu meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang wayang dan dapat menarik wisatawan untuk berkunjung serta memperlama masa tinggal wisatawan di Yogyakarta (khususnya wisatawan asing), tentunya ini akan menambah penghasilan daerah dan devisa bagi negara.en_US
dc.publisherUniversitas Islam Indonesiaen_US
dc.subjectGedung Pertunjukanen_US
dc.subjectWayang Kuliten_US
dc.subjectWayang Orangen_US
dc.titleGedung Pertunjukan Wayang Kulit dan Wayang Orang di Yogyakartaen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record