Analisis Kinerja Simpang Tiga Tak Bersinyal Sampai Tahun 2015 dan Metode Pemecahannya Studi Kasus pada Simpang Tiga Pasar Nusukan Surakarta
Abstract
Simpang tiga tak bersinyal pasar Nusukan Surakarta pada saat sekarang
sering mengalami kemacetan lalulintas. Hal ini disebabkan karena tingginya arus
lalulintas sementara kapasitas persimpangan kecil. Lingkungan pasar yang
semakin semrawut pasca kebakaran pasar merupakan salah satu penyebab
kemacetan lalulintas terutama pada pagi hari. Dengan latar belakang tersebut di
atas penulis ingin mencoba menganalisis kinerja simpang tersebut dengan
analisis berdasarkan metode pada Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI)
1997.
Penelitian dilakukan dengan cara pengamatan langsung dengan cara
menghitung lalulintas pada simpang tiga pasar Nusukan dengan menggunakan
handycam. Pengamatan dilakukan selama dua hari yaitu hari Senin dan Sabtu
karena dari hasil observasi awal menunjukkan pada hari tersebut banyak aktifitas
keluar masuk kota Surakarta. Pengamatan juga dilakukan pada jam-jam sibuk
yaitu padajam 06.30-08.30, 12.00-14.00 dan 16.00-18.00 wib.
Dari hasil analisis menggunakan metode MKJI 1997, untuk saat ini arus
lalulintas yang lewat (Q) sebesar 1865,1 smp/jam, kapasitas (C) sebesar
1732,358 smp/jam sehingga diperoleh derajat kejenuhan (DS) yaitu 1,07 dan
hasil tersebut menunjukkan bahwa kinerja simpang tiga pasar Nusukan sudah
tidak layak lagi (DS>0,85). Analisis juga dilakukan untuk memprediksi kinerja
simpang 10 tahun yang akan datang. Dari analisis didapat hasil bahwa pada
tahun 2015 diperkirakan arus lalulintas yang lewat (Q) sebesar 2846,93 smp/jam,
kapasitas (C) sebesar 1732,358 smp/jam sehingga didapat derajat kejenuhan
(DS) yaitu 1,64. Hasil ini menunjukkan pada 10 tahun mendatang kinerja
simpang semakin tidak layak. Penelitian ini mencoba memberikan alternatif
pemecahan masalah untuk memperbaiki kinerja simpang diantaranya adalah
dengan pemasangan rambu lalulintas, pelebaran kaki simpang dan pengalihan
arus lalulintas. Dari hasil analisis dengan metode MKJI 1997, untuk pemecahan
masalah pada saat ini yaitu dengan pelarangan belok kanan dari jalan minor
cukup bisa menurunkan derajat kejenuhan menjadi 0,83. Untuk 10 tahun
mendatang, perbaikan simpang dilakukan dengan merubah jalan utama (jalan
Kapten Tendean) menjadi jalan satu arah yaitu semua kendaraan menuju ke
Utara. Hasil analisis menunjukkan bahwa derajat kejenuhan turun menjadi 0,79
sehingga kinerja simpang menjadi lebih layak. (DS<0,85).
Collections
- Civil Engineering [4192]