Show simple item record

dc.contributor.authorAnggara Ning Rahayu, 03512018
dc.date.accessioned2020-05-30T06:50:56Z
dc.date.available2020-05-30T06:50:56Z
dc.date.issued2007
dc.identifier.urihttp://hdl.handle.net/123456789/20896
dc.description.abstractKondisi sosial para difabel pada umumya dinilai dalam keadaan memprihatinkan, baik dari aspek ekonomi, pendidikan, keterampilan maupun kemasyarakatannya. Kondisi inilah yang membawa situasi sikap mereka belum seluruhnya memanfaatkan panti sosial yang ada sebagai suatu kebutuhan. Padahal dengan adanya panti social tersebut maka para difabel akan mendapatkan pembelajaran sehingga akan menjadi manusia yang mandiri dan terampil dalam kehidupannya. Maka dari itu re-design Panti Sosial Bina Netra Sadewa sangat diperlukan karena bangunan panti tersebut nantinya diharapkan dapat mewadahi seluruh kegiatan pembelajaran sekaligus sebagai sarana belajar kemandirian bagi para difabel. Permasalahan yang akan diangkat adalah bagaimana merancang Panti Sosial Bina Netra Sadewa yang memperhatikan standaraturan bangunan, kondisi tapak dan stimulan ruang yang mudah dipahami oleh difabel sehingga dapat membantu dalam pembelajaran kemandirian difabel. Metode yang digunakan dalam pengembangan desain yaitu dengan analisa, yaitu pengurai data yang telah diperoleh dan akan disusun sebagai landasan teori dalam perancangan Panti Sosial Bina Netra Sadewa yang kedua adalah sintesa, yaitu tahapan yang merupakan pencarian solusi terhadap perancangan bangunan bagi pelaku yaitu difabel agar dapat memberikan stimulan ruang sehingga membantu dalam pembelajaran kemandirian difabel. Berdasarkan teori mengenai pembelajaran kemandirian difabel, bisa disimpulkan bahwa pembelajaran untuk orang dengan keterbatasan seperti difabel maka pembelajarannyapun berbeda. Maka pembelajaran dengan menitik beratkan pada aspek rangsangan dari objek bangunan, maka konsep stimulan ruang yang merupakan suatu usaha yang ditujukan bagi difabel untuk memperoleh pemahaman pada objek bangunan. Stimulan pendengaran yang digunakan berasal bunyi dari lingkungan sekitar sedangkan untuk stimulan peraba berasal dari bangunan itu sendiri. Dengan konsep stimulant pendengaran dan peraba tersebut maka difabel akan lebih mudah dalam proses pembelajaran kemandirian dengan keterbatasan yang mereka miliki. Kata Kunci : Kemandirianen_US
dc.publisherUniversitas Islam Indonesiaen_US
dc.subjectRe-Desain Panti Sosialen_US
dc.subjectBina Netra Sadewaen_US
dc.subjectYogyakartaen_US
dc.subjectStimulan Pendengaran dan Perabaen_US
dc.subjectSebagai Penanda Ruangen_US
dc.subjectProses Pembelajaranen_US
dc.subjectKemandirian Difabelen_US
dc.titleRe-Desain Panti Sosial Bina Netra Sadewa Yogyakarta Stimulan Pendengaran dan Peraba Sebagai Penanda Ruang pada Proses Pembelajaran Kemandirian Difabelen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record