Pengembangan Masjid Agung Palembang Pendekatan Konservasi Arsitektur Sebagai Faktor Penentu Perancangan Citra Bangunan
Abstract
Masjid Agung Palembang yang didirikan pada abad XVIII, merupakan salah satu bangunan bersejarah yang bernilai arsitektur tinggi dan mencerminkan citra sebagai monumen kebangkitan Islam di Palembang, Sumatera Selatan. Pengembangan luas lantai bangunan yang kurang memperhatikan nilai-nilai filosofi sejarah mengakibatkan citra yang telah terbentuk terkesan kabur. Untuk melindungi nilai sejarah yang terkandung pada bangunan asli Masjid Agung Palembang serta peranannya dalam kehidupan masyarakat, dan kebutuhan akan tempat peribadatan skala kota yang representatif, perancangan pengembangan bangunan melalui pendekatan konservasi arsitektur perlu dilakukan sebagai upaya pelestarian monumen kebangkitan Islam di Palembang, Sumatera Selatan.
Strategi konservasi arsitektur yang akan dilakukan yaitu : mengkonteks pola ruang luar pada lingkungan dan mengatur pola akses pada tapak, mengolah perancangan arsitektur pengembangan masjid yang meliputi : pengembangan kegiatan dan pengembangan bangunan masjid dengan mengekspos bangunan asli secara visual yang menuntut pembongkaran bangunan tambahan. Pengembangan bangunan baru akan mempertimbangkan faktor-faktor : langgam arsitektur, peletakan masa bangunan sebagai latar belakang dan / atau latar depan serta peran sebagai bangunan pengisi.
Pendekatan perencanaan tapak akan mempertimbangkan perluasan lahan, sedangkan pendekatan perancangan pengembangan masjid berupa pengembangan kegiatan dikelompokan menjadi kegiatan ibadah, mu'amalah dan kepengelolaan. Pendekatan konservasi arsitektur pada bangunan asli dilakukan dengan mengeksposnya secara visual. Pendekatan perancangan terhadap bangunan tambahan adalah dengan membongkarnya secara keseluruhan kecuali menara sumbangan PN Pertamina karena dianggap akan mampu mendukung nilai monumentalitas bangunan utama. Pengembangan perancangan bangunan pengembangan Masjid Agung Palembang menekankan pada : bentuk masa, tata letak masa, fasad, ornamentasi bangunan, material dan struktur bangunan serta sistem utilitas.
Pokok-pokok pengembangan yang dihasilkan yaitu : perencanaan tapak dengan melakukan perluasan lahan ke arah Sarat tapak. Perancangan konservasi arsitektur dengan melakukan restorasi tiga elemen bangunan penampil masjid asli dan mengembalikan fungsinya sebagai wadah kegiatan Islami namun menghilangkan kegiatan sholat harian yang akan dialihkan pada bangunan pengembangan baru. Pengembangan bangunan baru akan menempatkan bangunan ibadah sebagai latar belakang bangunan asli dan bangunan mu'amalah sebagai bangunan pengisi. Mata rantai penghubung antara bangunan baru dengan masjid asli akan menggunakan peran atap bentuk limasan yang menyerupai atap bangunan asli di pucuk bangunan pengembangan. Ekspositas bangunan utama, selain dan peletakannya, juga didapat dan perancangan dominasi atap datar dengan langgam arsitektur linier dan pola pembentuk fasad yang berbeda dengan bangunan asli. Pembentukan fasad didapat dari penggunaan skala dan proporsi dua kali dan bangunan utama, pola ritme yang berbeda namun harmonis, perpanjangan garis sumbu bangunan utama guna memperoleh keseimbangan, pemberian warna dengan tingkat gradasi lebih gelap dan pertimbangan menggunakan sistem struktur bentang lebar. Dengan langkah-langkah tersebut diharapkan mampu menghidupkan masjid dan mengangkat kembali citra Masjid Agung Palembang sebagai monumen kebangkitan Islam di Palembang, Sumatera Selatan.
Collections
- Architecture [3718]