Show simple item record

dc.contributor.authorMofid Wahdamalik, 95340042
dc.date.accessioned2020-05-14T05:56:45Z
dc.date.available2020-05-14T05:56:45Z
dc.date.issued1999
dc.identifier.urihttp://hdl.handle.net/123456789/20595
dc.description.abstractSetiap orang mempunyai persepsi yang berbeda-beda dalam menanggapi dan menghayati bahwa sesuatu itu disebut musik atau bukan musik, hasil persepsi manusia selain ditentukan oleh kemampuan indera jiwa juga oleh pengalaman, padahal pengalaman itu tidak akan lepas dalam diri seseorang. Tetapi pada intinya adalah perbedaan-perbedaan tersebut mengarahkan kepada pengertian yang lebih dalam tentang mengapa musik merupakan suatu gejala yang universal dan punya dimensi particular di dalam masyarakat. Musik menjadi pasangan hidup manusia dan musik menjadi sangat dekat bahkan hampir tak mungkin dilepas. Penikmat musik khususnya musik populer di Yogyakarta yang sebagian besar kaum muda, pelajar dan mahasiswa dengan cost yang terbatas cenderung "menerima" fasilitas pertunjukan musik yang ada. Sebagian penikmat musik lebih suka menikmati suasana yang tercipta ketika ada suatu pertunjukan musik. Dengan duduk-duduk bergerombol, saling bercengkerama dan masih tetap mengikuti alunan musik mereka sudah dapat melepaskan kepenatan mereka. Selain itu, terjadinya persaingan yang tidak sehat di antara performer, hal ini terjadi karena tidak adanya wadah khusus untuk menampung yang dapat menciptakan suasana yang kondusif yang dapat menginteraksikan mereka. Kehadiran music center di Yogyakarta akan menjadi wahana kreatifitas dan sebagai kontrol sosial, pusat informasi dan komunikasi musik. Rancangan bangunan dan bentuk arsitekturalnya merupakan representasi dari karakter musik dan karakter sosial ekonomi penikmat musik di Yogyakarta, yaitu suatu rancangan komposisi massa yang terbentuk melalui transformasi elemen-elemen pembentuk musik ke dalam simbol-simbol yang di superimpose (ditumpangtindihkan) dan di acak menjadi pola dan bentuk baru yang terbentuk secara unpredictable, kemudian dikombinasikan dan ditransformasikan menjadi sebuah batang, bidang dan massa. Melalui penggabungan bentuk, penumpukan, pergeseran dan rotasi akan menjadi gubahan dan penampilan massa bangunan. Metode. tersebut juga diterapkan untuk mencari pola dan bentuk lanskap. Selain itu, menghadirkan suatu fasilitas pertunjukan musik populer yang sesuai dengan keadaan sosial ekonomi penikmat musik di Yogyakarta dan juga difungsikan sebagai sarana sosialisasi/rekreasi masyarakat.en_US
dc.publisherUniversitas Islam Indonesiaen_US
dc.subjectMusic Center di Yogyakartaen_US
dc.subjectLandasan konsepsualen_US
dc.subjectperencanaan dan perancanganen_US
dc.titleMusic Center di Yogyakarta Landasan konsepsual perencanaan dan perancanganen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record