Show simple item record

dc.contributor.authorAgustina Fitriani Erza, 98512168
dc.date.accessioned2020-05-11T01:25:57Z
dc.date.available2020-05-11T01:25:57Z
dc.date.issued2002
dc.identifier.urihttp://hdl.handle.net/123456789/20447
dc.description.abstractPemerintah Indonesia terutama Pemerintah Daerah Riau, telah menerima perwakilan Negara Singapura sebagai negara sahabat dari kawasan ASEAN (Association of South East Asian Nation) dan rekan kerja terutama bekerjasama di sektor ekonomi, politik, sosial budaya, dan ilmu pengetahuan, demi kepentingan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia, terutama masyarakat Propinsi Riau. Perwakilan Konsuler Singapura ini mewakili negaranya untuk kegiatan-kegiatan resmi di tingkat pemerintahan daerah khususnya hal-hal yang berkaitan dengan ekonomi, politik, pertahanan dan keamanan. Untuk lebih mempererat kerjasama antar kedua wilayah., Pemerintab Singapura perlu memperkenalkan kebudayaan dan negaranya yang dipengaruhi oleh kebudayaan Cina dan kebudayaan Melayu kepada masyarakal Riau dengan adanya Pusat Kebudayaan Singapura di Pekanbaru. Populasi masyarakat Singapura berasal dari ras Cina (76,8 %), Melayu (13,9%), India (7,9 %) dan lain-lain (1,4 %). Berdasarkan persentase populasi masyarakat ini, maka kebudayaan yang berkembang di Singapura didominasi oleh kebudayaan Cina dan Melayu. Masyarakat di negara ini juga memanfaatkan pertimbangan Feng Shui dalam membangun kantor dan rumah. Karena itulah penekanan penulisan ini didasarkan uleh perpaduan Feng Shui dan Arsitektur Melayu. Keterpaduan antara Feng Shui dan arsitektur Melayu dapat dilihat dari pembahasan pemilihan site, arah mata angin, orientasi bangunan, bentuk bangunan, sirkulasi, penataan ruangan dan bukaan, elemen struktur, dan penampilan bangunan yang diekspresikan dari perpaduan Feng Shui dan Arsitektur Melayu. Pemilihan site menurut Feng Shui dilakukan dengan cara mencari posisi site yang sesuai dengan posisi Naga, Macan, Kura-Kura, dan Burung Hong (merupakan simbol), jika posisi ini tidak ditemukan maka dibutuhkan imajinasi dalam mengelola site tersebut, sedangkan pada arsitektur Melayu pemilihan site dilakukan dengan memilih kondisi tanah yang baik, site dekat dengan sumber air, dan lain-lain. Arab mata angin menurut Feng Shui paling baik menghadap ke arah Selatan, sedangkan pada arsitektur Melayu menghadap ke arab Utara, Selatan, atau Timur, maka arah mata angin yang diambil adalah ke arah Selatan. Orientasi bangunan menghadap ke Selatan, dan bentuk bangunannya berbentuk kotak persegi. Antara Feng Shui dan Arsitektur Melayu terdapat unsur-unsur yang hampir sama, selain itu juga terdapat perbedaan yang dapat didekatkan dengan pertimbangan fungsi kegiatan yang berlangsung di dalam bangunan.en_US
dc.publisherUniversitas Islam Indonesiaen_US
dc.subjectKonsulat dan Pusat Kebudayaan Singapuraen_US
dc.subjectPekanbaru Riauen_US
dc.subjectPenekenan pada Perpaduan Feng Shuien_US
dc.subjectArsitektur Melayuen_US
dc.titleKonsulat dan Pusat Kebudayaan Singapura di Pekanbaru Riau Penekenan pada Perpaduan Feng Shui dan Arsitektur Melayuen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record