Pengaruh Perbedaan Sistem Pengolahan Air Limbah Terhadap Biaya Operasional Dan Pemeliharaan (O&M)
Date
2000Author
Wan Yusuarini Monita, 93310012
Livia Marlita, 94310101
Metadata
Show full item recordAbstract
Daerah Surakarta sekarang ini sedang dibangun dua buah Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) pada dua sektor yaitu sektor utara (Mojosongo) dan sektor selatan (Semanggi), untuk IPAL Mojosongo mempunyai kapasitas pengolahan 155 lt/det dan melayani 6285 sambungan rumah. Sedangkan untuk IPAL Semanggi mempunyai kapasitas pengolahan 300 It/det dan melayani 21550 sambungan rumah.
Kedua IPAL ini mempunyai suatu sistem pengolahan air Iimbah yang berbeda pad IPAL Mojosongo melayani sektor utara yang luas daerahnya lebih kecil dari Selatan tetapi topopgrafinya beragam sehingga memerlukan bantuan pompa yang cukup untuk dapat mengalirkan air limbah masuk kedalam proses pengolahan maka dipakai sistem terbuka menggunakan konsep Kolam Aerasi Fakultatif sedangkan untuk IPAL Semanggi direncanakan dangan sistem tertutup menggunakan konsep Tangki Up Flow Anaerobic Sludge Bed (VASB) & Intermittent Aeration, karena luas daerah dan jumlah sambungan rumah lebih besar otomatis kapasitas pengolahannya akan lebih besar yaitu sebesar 300 lt/det.
Sistem pengolahan yang berbeda ini otomatis mempunyai perbedaan dalam biaya operasionalnya yang mana satuan biaya O&M ini adalah Rp./Sambungan Rumah. Biaya O&M dan Investasi inilah yang nanti akan menjadi penentu tarif retribusi bagi masyarakat. Penetuan tarif ini harus layak dibayar oleh masyarakat dan dapat mempercepat pengelola mencapai titik impas juga keuntungan.
Dalam tugas akhir ini penulis menawarkan empat macam altematif perhitungan dan penentuan tarif harga retribusi untuk pihak pengelola, yaitu altematif pertama menggunakan harga tetap untuk masing-masing IPAL , altematif kedua menggunakan harga berlaku dengan kenaikan 10% dan 15% untuk masing-masing IPAL dari kedua tarif IPAL Mojosongo dan IPAL Semanggi dapat ditarik kesimpulan bahwa biaya operasional dan pemeliharaan memiliki perbedaan sebesar 36% yang disebabkan oIeh banyaknya pemeliharaan rumah pompa dengan kata lain dikarenakan perbedaan topografi daerah, alternatif ketiga menggunakan harga tetap untuk kedua IPAL dan altematif keempat menggunakan harga berlaku dengan kenaikan 10% dan 15% untuk kedua IPAL. Dari semua altematif diatas akan dipilih berdasarkan kriteria yang ada yaitu kemampuan membayar masyarakat, tidak ada diskriminasi harga diantara masyarakat, dengan menerapkan konsep subsidi silang, mempercepat titik impas dan keuntungan bagi pihak pengelola sedangankan yang terakhir titik impas diusahakan sebelum umur bangunan atau konstruksi dilewati yaitu selama 20 tahun.
Collections
- Civil Engineering [4258]