PERANCANGAN SIMPUL PEMBELAJARAN KRIYA KAYU DENGAN PENDEKATAN KERJA KOLABORATIF DI JEPARA
Abstract
Menurunnya minat pemuda Jepara untuk mengukir mengakibatkan menurunnya pula kapabilitas pengukir di Jepara. Jepara terkenal dengan produksi mebel ukir yang pamornya telah mendunia. Namun, cemerlangnya pamor mebel ukir Jepara terancam hilang. Profesi sebagai pengrajin mulai ditinggalkan karena alasan finansial dan para pemuda memilih untuk tidak melanjutkan budaya mengukir yang notabene menjadi identitas dari Kota Jepara. Selain itu, alasan sertifikasi keahlian menjadikan munculnya kesenjangan pengakuan bagi para pengrajin ukir. Hal tersebut dapat berimplikasi pada lunturnya identitas Jepara
sebagai “Kota Ukir”. Dalam proses pembelajaran, selain pendidiknya yang kreatif, peran aktif dari peserta juga menjadi penting untuk memunculkan interaksi saling berbagi informasi dan pengalaman bersama. Maka dari itu, pembelajaran secara kolaboratif
menjadi hal yang perlu diterapkan. Namun, pendapatan dari komunitas pengrajin yang cenderung rendah, yaitu berkisar antara Rp 75.000,- hingga Rp 150.000,- per hari menjadi kendala dalam mengikuti pembelajaran yang lebih baik. Berdasarkan
isu tersebut, dirumuskan permasalahan dalam perancangan ini mengenai bagaimana merancangan simpul pembelajaran kriya kayu yang kolaboratif dan bagaimana simpul pembelajaran kriya kayu tersebut dapat dijangkau oleh pesertanya secara
finansial. Atas dasar tersebut, dicetuskan solusi dari masalah tersebut dengan maksud menyetarakan derajat profesi sebagai pengrajin ukir, juga menjaga kelestarian budaya mengukir. Fasilitas pembelajaran berupa simpul pembelajaran kriya kayu
yang terbuka bagi segala kalangan menjadi diperlukan. Dengan menerapkan pendekatan prinsip ruang kerja kolaboratif, fasilitas ini diharapkan mampu menjadi wahana belajar yang efektif antar sesama penggunanya. Dengan salah satu sasaran
pengguna dari komunitas pengrajin, maka diperlukan adanya bentuk fleksibilitas terhadap kondisi finansial penggunanya.
Hasil perancangan memunculkan ruang kerja yang fleksibel terhadap aktivitas pembelajaran kriya kayu. Terdapat ruang kerja mesin yang menjadi orientasi dari ruang kerja bangku. Ruang kerja mesin tersebut menjadi area
kolaboratif yang menunjang aktivitas pekerjaan dan memunculkan aktivitas kolaborasi. Guna menekan biaya operasional yang berimplikasi pada minimnya biaya pendaftaran, diberlakukan strategi pembangunan yang bertahap menjadi 4 tahap serta kerja sama dengan sponsorship. Peserta diajak ikut terlibat dalam tahapan pembangunan sebagai bentuk feedback imbalan jasa kepada pengelola, sehingga biaya pembelajaran dapat diminimkan. Hal tersebut juga menjadi bentuk kolaborasi antara pengelola dengan peserta. Kerja sama dilakukan dengan vendor penyedia peralatan kerja kayu, yaitu Stanley. Kerja sama tersebut berimplikasi pada ruang dalam bangunan yang bernuansa kuning. Warna tersebut dipilih karena merupakan warna company identity dari brand yang diajak kerja sama.
Collections
- Architecture [3658]