Perancangan Rumah Tahfidz dengan Pendekatan Lingkungan yang Responsif di Baturraden Banyumas
Abstract
Berdasarkan data dari Departemen Agama tahun 2018, jumlah pondok pesantren terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Hal tersebut membuktikan bahwa minat belajar agama masyarakat Indonesia cukup tinggi, baik dari anak-anak hingga dewasa. Salah satu bidang dari pembelajaran agama yang saat ini sedang banyak diminati yaitu menghafal Al- Quran. Bagi usia dewasa, menghafal Al-Quran menjadi tantangan tersendiri, dimana pada usia tersebut (20-40 tahun) sel-sel otak berangsur-angsur mulai berkurang (Desminta, 2015). Hal tersebut tentunya akan mempengaruhi daya menghafal seseorang. Selain itu, tantangan lain dalam menghafal Al-Quran bagi usia dewasa yaitu mengenai aktivitas usia dewasa yang mulai beragam, sehingga apabila ingin fokus menghafalkan Al-Quran dibutuhkan tempat menghafal Al-Quran non-pesantren khusus usia dewasa. Tempat tersebut dapat disebut sebagai Rumah Tahfidz.
Dalam menghafalkan Al-Quran perlu memperhatikan tempat menghafal tersebut. Tempat ideal untuk menghafal Al-Quran yaitu tempat yang jauh dari kebisingan (Alhafidz, 2004). Menurut (Berman dkk, 2008), berada di lingkungan yang rimbun pepohonan dan hamparan rumput dapat membuat seseorang lebih fokus dibanding seseorang yang berada di lingkungan perkotaan. Sehingga dalam perancangan Rumah Tahfidz dipilih lokasi di Baturraden Banyumas, karena pada lokasi tersebut masih memiliki udara yang sejuk dan jauh dari kebisingan kota. Pemandangan alam yang indah juga dapat membuat para penghafal Al- Quran menjadi lebih rileks.
Sebagai dasar perancangan, dipilih tema Responsive Environment yang memuat mengenai langkah-langkah perancangan dari makro hingga mikro. Hal tersebut dapat dilihat dari variabel-variabel yang ada dalam pendekatan tersebut; permeability, variety dan legibility sebagai variabel perancangan makro serta robustness, visual appropriate, richness
dan personalisation sebagai variabel perancangan mikro. Variabel makro membahas mengenai kemudahan akses serta keragaman fasilitas yang harus terpenuhi. Sedangkan variabel mikro membahas mengenai fleksibilitas ruang, keselarasan visual serta pentingnya sense-experiences untuk mendukung aktivitas menghafal Al-Quran.
Pendekatan Responsive Environment diharapkan mampu menciptakan rancangan yang dapat meningkatkan kenyamanan para penghafal Al-Quran, baik dalam skala luas sampai skala terkecil. Kenyamanan yang diciptakan diharapkan mampu menjadi semangat dalam menghafal Al-Quran.
Collections
- Architecture [3718]