Show simple item record

dc.contributor.authorLelia Desrita PP.SP, 98512082
dc.date.accessioned2020-05-08T00:13:43Z
dc.date.available2020-05-08T00:13:43Z
dc.date.issued2003
dc.identifier.urihttp://hdl.handle.net/123456789/20360
dc.description.abstractPasar Demangan merupakan pasar tradisional kelas III yang berlokasi di JI. Gejayan termasuk dalam kecamatan Gondokusuman dan dalam wilayah pasar Reksonegaran. Pasar Demangan ini memiliki luas area 4785,28 m², dengan kondisi fisik bangunan yang sebagian besar semi permanen. Pasar ini memiliki peranan yang penting dalam memenuhi kebutuhan sandang dan pangan tidak hanya bagi masyarakat sekitar tetapi juga untuk masyarakat dengan radius pelayanan lebih dari 3 km. Pada pasar ini terjadi luberan baik pedagang maupun kendaraan hingga ke jalan sehingga mengakibatkan tidak tertatanya ruang dagang dan ruang parkir bagi pengunjung. Sebagai dasar pertimbangan dalam menata ulang pasar demangan ini, maka diperlukan kajian teoritis yang terbagi dua yaitu; pertama berupa kajian pustaka dan yang ke dua landasaran toori. Tinjauan pustaka berisi penelitian yang sejenis yang dilakukan oleh tiga peneliti. Pertama, Imam supriyono ( Pasar Tambak Rejo) yang membahas tentang penataan instalasi listrik yang baik untuk mengurangi resiko kebakaran dengan mempertimbangkan tiga hal yaitu; pemilihan kualitas kabel yang baik, pemasangan kabel dalam pipa dan perletakan sekring pada tempat yang mudah terlihat. Pasar Langgar dan pasar lohar Semarang diteliti tentang kondisi gang pasar yang kecil dan becek, kemiringan atap yang tidak memadai sehingga atap mudah bocor dan yang ketiga, Devin Defriza Harisdani (skripsi USU), yang membahas untuk memaksimalkan fungsi pasar maka harus mengolah pasar secara fisik dan non fisik. Landasan Teori, berisi tentang teori pasar, standarisasi ruang pasar, teori tata ruang yaitu yang membahasan tentang skala, bentuk dan warna, teori optimasi ruang yaitu optimasi bangunan (secara vertikal) dan optimasi ruang (horizontal) dengan penentuan bentuk dan dimensi furniture, dan teori kenyamanan tata ruang yaitu sirkulasi, pencahayaan, warna, perletakannya furniture, bau-bauan dan kebisingan. Rancangan penelitian dilakukan di Wilayah pasar tradisional kelas III Demangan melalui penyebaran kuisioner yang meliputi bagi pengguna bangunan yaitu pedagang, pembeli dan pengelola. Kriteria dalam menentukan sampeI adalah untuk pedagang berdasarkan kriteria jenis barang dagangan sedangkan pengunjung/pembeli berdasarkan jenis kendaraan, dan untuk pengelola dikarenakan hanya berjumlah 5 orang maka diambil berdasarkan populasinya. Dari hasil wawancara di lapangan dengan pengguna pasar diperoleh gambaran bahwa 76 % pedagang melayani pembeli dengan berdiri, 24 % dengan cara duduk. furniture yang digunakan untuk alat berdagang menggunakan bahan kayu dan semen dengan model meja dan lemari. Sebanyak 71,7% barang dagangan disimpan di ruang dagang, 28,3% dibawa pulang. Bagi pembeli fasilitas yang digunakan ke pasar 37,7% menggunakan motor, angkutan umun 30,2%, sepeda 24,5 dan menggunakan mobil 7,5%. Kendaraan tersebut diparkir di sepanjang sisi jalan. Untuk mendapatkan optimasi kebutuhan ruang maka diterjemahkan melalui perluasan lantai bangunan secara vertikal, sedangkan untuk mendapatkan optimasi ruang dagang maka perhitungan luas unit ruang dagang ditentukan oleh bentuk dan dimensi furniture yang digunakan dalam skala standar ruang pasar kelas Ill. Penggunaan warna terang dipilih untuk memberikan kesan luas pada ruang. Untuk pencapaian kenyamanan tata ruang melaui pengkondisian ruang dengan mempertimbangkan, skala, sirkulasi, pencahayaan (bentuk dan elemen bukaan), dan bau-bauan (pemanfaatan vegetasi), orientasi (bentuk ruang terbuka dan penggunaan warna untuk membedakan zona ruang). Sebagai Model rekomendasi, untuk pasar tradisional kelas III yang mempunyai nilai optimal adalah berdasarkan pertimbangan terpenuhinya kebutuhan ruang dagang sehingga dapat mendisplay barang dagangan dan menyimpan sisa barang di dalam ruang dagang, adanya kelompok ruang dagang (perbedaan warna furniture) sehingga memudahkan orientasi, adanya perbedaan ketinggian dan lebar ruang sirkulasi. Untuk ruang parkir adalah dapat memenuhi kapasitas yang ada dengan orientasi jelas yaitu sirkulasi secara menerus dengan dibedakan pintu masuk dengan pintu keluar. Parkir disusun dengan dua pola yaitu tegak lurus dengan kemiringan 90° dan dengan pola berjajar.en_US
dc.publisherUniversitas Islam Indonesiaen_US
dc.subjectStudi Optimasi Ruang Dan Kenyamananen_US
dc.subjectTata Ruang Pasar Tradisional Kelas III Demanganen_US
dc.titleStudi Optimasi Ruang Dan Kenyamanan Tata Ruang Pasar Tradisional Kelas III Demanganen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record