dc.contributor.advisor | Dr. Ir. Dwi Handayani, ST., M.Sc., IPM. | |
dc.contributor.author | Ahmad Mawaridi Saputro, 15522072 | |
dc.date.accessioned | 2020-05-07T14:23:10Z | |
dc.date.available | 2020-05-07T14:23:10Z | |
dc.date.issued | 2019-12-10 | |
dc.identifier.uri | http://hdl.handle.net/123456789/20346 | |
dc.description.abstract | Penelitian empiris terdahulu pada persepsi risiko terhadap bencana erupsi Gunung Merapi
memperlihatkan perbedaan antara perspektif penduduk terhadap risiko dengan prinsipprinsip
dari
teori
keputusan
normatif.
Bencana
erupsi
Merapi
pada
tahun
2010
merupakan
erupsi
terparah
setelah
tahun
1872.
Erupsi
tersebut
menyebabkan
123
orang
meninggal
di
kabupaten
Sleman.
Tujuan
dari
penelitian
ini
adalah
untuk
menggali
konsepsi
dan
respon
penduduk
terhadap risiko bencana erupsi Merapi pasca letusan terbesar 9 tahun lalu dan
membandingkannya dengan penelitian empiris terdahulu dan teori keputusan normatif.
Penelitian ini menggunakan retrospective view sebagai pendekatan survei terhadap
penduduk yang merasakan bencana erupsi 2010. Instrumen penelitian dikembangkan
melalui tiga aktivitas. Studi literatur untuk mengindentifikasi informasi terkait yang
dibutuhkan untuk diteliti, pengembangan item-item pertanyaan dan pilot study. Penelitian
ini difokuskan pada daerah Sleman; daerah dengan jumlah korban terbanyak. Penelitian ini
menggunakan multi stage stratified convenience sampling. Stratifikasinya adalah daerah
Kawasan Rawan Bencana (II & III) dan jenis kelamin. Kuesioner disebarkan pada tiga
kecamatan yaitu Cangkringan, Pakem dan Turi yang terdiri dari enam desa dengan total
response rate 100 %. Hasil penelitian memperlihatkan adanya perbedaan antara konsepsi
responden terhadap risiko dengan teori normatif. Responden memahami risiko sebagai
konsekuensi dari Merapi. Hal tersebut terkait dengan konsepsi responden terhadap dampak
bencana, tingkat ancaman serta tingkat ketakutan yang tinggi akibat dari bencana erupsi.
Responden laki-laki pada KRB III sebagian besar lebih cenderung pada risk taker berbeda
dengan teori ekonomi klasik yang menyebutkan bahwa dalam menghadapi situasi berisiko
seseorang akan lebih cenderung risk averse. Responden memulai evakuasi setelah
mendapatkan informasi dari media social dan perangkat desa. Sebagian besar responden
mengumpulkan keluarga terlebih dahulu, setelah itu baru mengungsi. Pada proses evakuasi
sebagian besar responden sudah mengikuti jalur evakuasi menuju ke barak pengungsian.
Responden laki-laki lebih cenderung untuk membantu orang lain dibandingkan dengan
responden perempuan. | en_US |
dc.publisher | Universitas Islam Indonesia | en_US |
dc.subject | Bencana erupsi Merapi | en_US |
dc.subject | Kawasan Rawan Bencana (KRB) | en_US |
dc.subject | risiko | en_US |
dc.subject | risk attitude | en_US |
dc.subject | risk perception | en_US |
dc.title | PERSEPSI RISIKO BENCANA GUNUNG MERAPI STUDI KASUS: KABUPATEN SLEMAN | en_US |
dc.type | Thesis | en_US |