Re -Desain Monumen Yogya Kembali Di Yogyakarta Ekspresi pemaknaan momentum kembalinya Yogyakarta
Abstract
Monumen, sebagai salah satu bentuk karya arsitektur merupakan suatu perwujudan dari keinginan dan kebutuhan akan pengenangan, peringatan, dan penghormatan suatu hal, baik peristiwa maupun orang.
Monumen Yogya kembali atau Monjali berdiri sebagai sebuah monumen yang memperingati peristiwa kembalinya Yogyakarta. Kembali dalam artian diserahkan kedaulatannya ketangan Pemerintah RI dari tangan Belanda. Peristiwa ini merupakan awal dari proses pengakuan eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia oleh dunia internasional .
Pemaknaan akan momentum tersebut adalab kemerdekaan. Kemerdekaan yang diproklamasikan tanggal 17 agustus 1945 adalah sebuah perjuangan demi diakuinya kedaulatan RI, ditandai dengan ditarik mundurnya pasukan Belanda dari Yogyakarta. Tetapi, yang terjadi selanjutnya dalam "kemerdekaan" ini adalah kesimpangsiuran arti kemerdekaan menurut wacananya banyak pihak. Sehingga kemerdekaan yang terlihat megah dari luar dan dirayakan dengan kebanggaan dan patriotisme memiliki sisi lain didalamnya yaitu kesimpangsiuran dan ketidakteraturan arah.
Hal tersebut diatas menjadi dasar bagi pencarian konsep arsitektural re -desain Monjali ini. Kemegahan dalam kemerdekaan tersebut direpresentasikan sebagai suatu sosok yang besar dan monumental, kokoh , kuat dan masif, tetapi ia ternyata hanyalah dinding pembatas dua dimensi. Dibaliknya terdapat suatu kesimpangsiuran arah yang digambarkan dengan dominasi arah pada level landscape, orientasi arah dari bentukan geometri dasar pada gubahan dan pola perletakan massa, serta menunjukkan tabrakan dari berbagai arah pada facade. Perulangan pada masa atau suasana yang sama diwujudkan dengan sirkulasi utama pada site yang kembali pada open space yang sama, merujuk pada ketidakjelasan arab yang sama.
Collections
- Architecture [3648]