Show simple item record

dc.contributor.authorWahyu Pribadi, 00511065
dc.contributor.authorHabib Kodhim Setiawan, 00511132
dc.date.accessioned2020-05-04T00:19:18Z
dc.date.available2020-05-04T00:19:18Z
dc.date.issued2006
dc.identifier.urihttp://hdl.handle.net/123456789/20120
dc.description.abstractDalam sebuah perencanaan struktur bangunan bertingkat banyak, diperlukan sebuah analisis untuk mengetahui respon dari setiap komponen struktur. Untuk melakukan analisis struktur dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan sebuah pendekatan 2 dimensi dan 3 dimensi. Cara pendekatan 2 dimensi adalah sebuah asumsi yang bertujuan untuk mempermudah dan menyederhanakan perhitungan analisis struktur, yang tentunya akan berbeda dengan kondisi aslinya yaitu 3 dimensi. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data yang menunjukkan seberapa jauh perbedaan tersebut. Dalam melakukan penelitian, struktur bangunan yang direncanakan berbentuk asimetris, dan termasuk dalarn kategori bangunan yang tidak beraturan. Jumlah tingkat bangunan yang diteliti adalah 15 tingkat yang berada pada tanah lunak. Pembebanan gempa yang digunakan dalam penelitian ini hanya sebatas pembebanan gempa statik ekivalen saja dengan nilai koefisien gempa dasar berada di wilayah gempa III. Berdasarkan data yang telah diperoleh dari didapatkan bahwa nilai displacement terbesar dan terkecil pada bangunan asimetris ini berada pada portal paling tepi terluar dalam denah struktur yang searah dengan datangnya arah gempa. Hal ini terjadi juga pada drift ratio, portal paling tepi terluar dalam denah struktur yang searah dengan datangnya arah gempa memiliki nilai drift ratio yang terbesar. Momen balok yang memiliki nilai yang signifikan antara analisis 2 dimensi dengan 3 dimensi terletak pada story 15, sedangkan untuk story 1 sampai dengan story 14 tidak memperlihatkan perbedaan yang signifikan. Momen balok yang terjadi pada story 1 sampai story 14 menunjukkan bahwa pembebanan pada gedung ini didominasi oleh beban gempa atau sering disebut dengan Earthquake Load Dominated, sedangkan pada story 15 menunjukkan beban gravitasi lebih dominan dibandingkan dengan beban gempa. Kondisi pembebanan yang terjadi pada story 15 disebut dengan Gravity Load Dominated. Untuk hasil dari desain dengan nilai dimensi yang sama maka diperoleh kebutuhan luas tulangan yang sama untuk desain kolom. Sehingga didapat hasil desain kolom untuk 3D dan 2D dapat dikatakan sama. Pada desain balok, beberapa tempat mempunyai kebutuhan luas tulangan yang sama.en_US
dc.publisherUniversitas Islam Indonesiaen_US
dc.subjectPerbandingan Respon Strukturen_US
dc.subjectAnalisis Dua Dimensi Dan Tiga Dimensien_US
dc.subjectImplikasi Desain Pada Gedung Asimetrisen_US
dc.titlePerbandingan Respon Struktur Analisis Dua Dimensi dan Tiga Dimensi serta Implikasi Desain pada Gedung Asimetrisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record