Metode Rantai Kritis (Critical Chain Method) dengan Empat Konstrain PDM Melalui Pendekatan Algoritma Zijm dan Alat Bantu Program Primavera Project Planner (P3)
Abstract
Metode penjadwalan proyek yang sekarang ini tersedia memiliki berbagai
cara untuk mengantisipasi unsur ketidakpastian (uncertainty) yang hampir selalu
mengakibatkan keterlambatan proyek. Precedence Diagram Method (PDM)
mengantisipasi ketidakpastian dengan empat jenis hubungan antar kegiatan yaitu
SS, FS, FF, SF serta memperhatikan lag yang merupakan kondisi waktu
menunggu antara dua kegiatan. Sementara itu, Metode Rantai Kritis (Critical
Chain Method atau CCM) sebagai metode penjadwalan yang lahir di lingkungan
industri manufaktur dengan konsep buffer (penyangga) berusaha memperkecil
resiko keterlambatan dengan mengalokasikan sejumlah waktu untuk
keterlambatan tersebut. Hanya saja, pemakaian satu jenis konstrain yaitu Finishto-
Start oleh CCM dianggap sebagai satu kelemahan yang dapat memperlama
umur proyek. Penelitian ini dimaksudkan untuk menyatukan dua elemen
ketidakpastian dari dua metode penjadwalan yaitu PDM dan CCM karena adanya
kebutuhan terhadap metode penjadwalan yang lebih tangguh terhadap
ketidakpastian
Penelitian dilakukan dengan cara simulasi kasus pada Proyek Pembangunan
Gedung Laboratorium Terpadu UII. Data kegiatan proyek beserta jaringan kerja
.dalam bentuk PDM dianalisis untuk disimulasikan ke dalam bentuk metode rantai
kritis dengan penambahan unsur time buffer (penyangga waktu). Jumlah
penyangga pada CCM tersebut ditentukan dengan pendekatan analitik Algoritma
Zijm yang memperhitungkan beban kerja untuk mendapatkan ekspektasi waktu
masing-masing kegiatan.Untuk menguji sejauh mana buffer yang dihasilkan dapat
menyerap keterlambatan dilakukan dengan buffer management (manajemen
penyangga).
Dari penelitian diketahui bahwa empat jenis hubungan ketergantungan PDM
dapat diadaptasikan dengan pemberian penyangga menurut CCM. Benturan
antara satu konstrain dan empat konstrain menyebabkan penyangga yang
diberikan hanya penyangga proyek yang bertujuan untuk melindungi lintasan
kritis disamping telah terdapatnya float sebagai waktu cadangan pada lintasan
bukan kritis. Algoritma Zijm yang menghasilkan waktu penyangga proyek
berdasarkan beban kerja memiliki hubungan yang tidak linier diantara keduanya.
Jaringan kerja baru dengan empat konstrain dan buffer tersebut menghasilkan
waktu penyelesaian proyek sebesar 227 hari. Umur proyek tersebut lebih lama
dibandingkan dengan jadwal PDM yang hanya 182 hari karena adanya
penambahan waktu penyangga proyek sebesar 45 hari. Keterlambatan proyek
dengan jadwal PDM yang sebesar 36 hari dapat diserap oleh penyangga proyek
tersebut. Jaringan kerja baru ini dapat digunakan pada tahap perencanaan pada
proyek konstruksi sebagaimana metode penjadwalan lainnya.
Collections
- Civil Engineering [4220]