Hotel Bintang Empat di Kawasan Perdagangan Benteng Kodya Surakarta Pendekatan Teori Kontekstual
Abstract
Dalam strategi pengembangan nasional maupun kebijaksanaan Pemerintah Daerah
TK I Jateng, Kota Surakarta telah ditetapkan sebagai pusat pengembangan Jawa Tengah
bagian timur dan selatan dan pusat zona industri Surakarta - Yogyakarta serta sejak
ditetapkannya bandara Adi sumarmo sebagai bandara internasional, kota Surakarta
diharapkan sebagai pintu gerbang pariwisata dan bisnis internasional Jawa Tengah. Sektor
industri dan perdagangan kota Surakarta juga mengalami perkembangan yang cukup pesat
yang ditunjukan dengan meningkatnya perusahaan baru dan meningkatnya kunjungan
pebisnis datang ke kota Surakarta pada sepuluh tahun terakhir, walau mengalami
kehancuran di beberapa pusat perdagangan pada kerusuhan Mei 1998 kegiatan bisnis bisa
bangkit kembali pada awal tahun 2000. Meningkatnya para pebisnis dan wisatawan yang
berkunjung ke kota Surakarta dan masih sedikitnya jumlah kamar hotel berbintang di
Surakarta sehingga perlu adanya hotel yang bisa mengakomodasi para wisatawan sekaligus
cocok untuk para pebisnis yaitu hotel yang berada di dekat pusat budaya dan dekat dengan
pusat perdagangan atau pusat bisnis.
Lokasi hotel yang direncanakan yang cocok dengan kriteria diatas adalah berada
pada lahan seluas 8000 m² milik PT Pondok Solo Permai yang masih berada di pusat
perdagangan Benteng Kodya Surakarta. Hotel yang direncanakan mempunyai klasifikasi
hotel bintang empat dengan jumlah kamar sebanyak 200 kamar ( 186 kamar ukuran standar
dan 14 kamar ukuran suite room ) dengan fasilitas 2 buah restoran, bar, cofffe shop, 2 ruang
konvensi dengan kapasitas masing - masing 200 orang, ballroom dengan kapasitas 800
orang, klub kesehatan, kolam renang dan lapangan tenis. Total luas bangunan seluruhnya
mencapai 20377 m².
Lokasi hotel yang berada ditengah - tengah pengelompokan bangunan yang
berbeda yaitu pusat perkantoran ( dengan bangunan modern dan kolonial ), pusat
kebudayaan ( kraton kasunanan dengan bangunan jawanya) dan pusat perdagangan (
dengan bangunan modern dan kolonial). Dari keadaan tersebut maka hotel yang akan
direncanakan menggunakan pendekatan teori kontekstual sehingga di dapatkan tampilan
rancangan bangunan hotel yang sesuai dengan identitas kawasan tersebut. Teori yang
digunakan adalah teori komposisi yang diterapkan pada tata masa bangunan dan tampak
bangunan yang simetri. Teori style diterapkan pada penggunaan bukaan -bukaan dengan
dimensi besar, penggunaan gable pada foyer, pendetailan kolonial, penggunaan tipe atap
limasan khas arsitektur Jawa dan fasade modern pada lantai 4 keatas pada bangunan masa
utama. Teori juxtapositin of reason and memory diterapkan pada kekhasan arsitektural pada
setiap masa bangunan. Yang terakhir adalah teori place diterapkan pada penggunaan interior
bangunan yang sesuai dengan budaya setempat yaitu interior khas Jawa.
Collections
- Architecture [3658]