Museum Serangga Indonesia Di Yogyakarta
Abstract
Museum merupakan tempat mengumpulkan ( to colled ), merawat ( to
conserye ), dan memamerkan ( to echibit ) hasil budaya manusia dan lingkungannya
untuk kepentingan penelitian. pendidikan, dan rekeatif. Dengan fungsinya tersebut ,
mengakibatkan pengunjung museum mempunyai latar belakang pendidikan, sosial
ekonomi dan budaya yang berbeda.
Latar belakang pengunjung yang berbeda menimbulkan motiyasi pengunjung
yang berbeda-beda. Dan motiyasi yang berbeda akan menimbulkan suatu keinginan
yang berbeda pula. Keinginan untuk memilih obyek amatan sesuai dengan motiyasi
berkunjungnya, keinginan untuk berputar, berbalik arah ke obyek amatan yang lain
sesuai dengan keinginannya. Para pengunjung yang memiliki keinginan yang berbeda-beda
tersebut memerlukan suatu sarana berupa sirkulasi pengunjung ruang pamer yang
fleksibel.
Dilain pihak suatu museum serangga akan selalu menambah koleksi
museumnya. Karena itu diperlukan suatu pemikiran organisasi ruang yang dapat
mengembangkan ruang-ruang yang dibutuhkan tersebut tanpa menimbulkan dampak
yang negatif dimasa yang akan datang.
Strategic design yang digunakan untuk menjawab problem tersebut dengan
menganalisa macam-macam sirkulasi ruang pamer yang selama ini pernah dipakai dan
mencoba untuk mencari macam sirkulasi yang bisa menjawab permasalahan tersebut.
Setelah itu pengolahan organisasi ruang keseluruhan dengan memperhatikan ruang-ruang
yang akan dikembangkan nantinya jangan sampai menimbulkan dampak negatif
terhadap ruang-ruang yang sudah ada. Dampak negatif seperti terhalangnya view,
cahaya. dan sirkulasi kegiatannya.
Permasalahan lain yang coba untuk diangkat dalam penulisan ini adalah
mengenai ekspresi bangunan museum. Ekspresi bangunan museum dapat diekspresikan
dengan menganalogikan fungsi-fungsi bagian tubuh atau sifat serangga yang banyak
diketahui masyarakat secara umum kedalam suatu ekspresi bangunan. Ekspresi yang
terkandung didalam bentuk bangunan museum tersebut diharapkan dapat
mengkomunikasikan fungsi dan kegiatan yang ada didalamnya kepada orang yang
mengamatinya. Penganalogian tersebut biasa disebut dengan analogi linguistik.
Lingkungan sekitar site juga perlu diperhatikan sebagai salah satu obyek yang
dapat mempengaruhi ekspresi bangunan museum. Dengan memperhatikan lingkungan
sekitarnya diharapkan keberadaan bangunan museum tersebut dapat lebih diterima oleh lingkungannya.
Collections
- Architecture [3658]