Kajian Ulang Hitungan Ketebalan Lapis Keras Landas Pacu Bandar Udara Sultan Syarif Kasem II Pekanbaru - Riau dengan Metode CBR, LCN, dan FAA
Abstract
Landas pacu merupakan salah satu komponen utama dalam sistem bandar
udara, yang sangat mempengaruhi kinerja dan seluruh kegiatan operasional.
Pengetahuan tentang penentuan ketebalan lapis keras landas pacu sangatlah
penting, agar bandar udara yang dirancang mampu memberikan pelayanan yang
optimal bagi lalu lintas yang direncanakan dan dapat melayani perkembangan yang
akan datang. Bandar udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru-Riau saat ini
mempunyai panjang landas pacu 2150m, lebar 30m, dan tebal total perkerasan 70
cm. Penentuan tebal lapis keras landas pacu (runway) untuk bandar udara Sultan
Syarif Kasim II Pekanbaru-Riau ditinjau dengan menggunakan beberapa metode
perancangan yang telah diakui oleh International Civiliation Aviation Organization
(ICAO). Metode ini diantaranya adalah metode CBR, LCN dan LAA.
Dengan menggunakan data perancangan yang sama ditentukan tebal lapis
keras landas pacu dengan menggunakan ketiga metode perancangan diatas.
Perbedaan mendasar hasil perhitungan tebal lapis keras landas pacu dengan
menggunakan ketiga metode tersebut terletak pada asumsi dan parameter yang
digunakan pada masing-masing metode, serta prosedur perancangan yang
dipergunakan dalam penelitian dan pengembangan permasalahan lapis keras landas
pacu yang dilakukan oleh masing-masing badan penerbangan yang mengeluarkan
metode tersebut, sedangkan persamaan dan ketiga metode adalah daya dukung
tanah dasar dan bahan lapis keras (subbase dan base course) dinyatakan dalam nilai
CBR. Kajian ulang hitungan ketehalan lapis keras landas pacu bandar udara Sultan
Syarif Kasim II Pekanbaru-Riau menggunakan data yang didapat dan PT. Angkasa
Pura II bandar udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru-Riau dan PT. SURFENS.
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan pesawat rencana B-737-300,
untuk masing-masing metode didapat ketehalan total lapis keras landas pacu sebesar
70 cm berdasarkan metode CBR, 67 cm berdasarkan metode LCN dan 60 cm
berdasarkan metode FAA. Berdasarkan pada hasil perhitungan maka dapat
disimpulkan bahwa metode FAA merupakan metode yang mengliasilkan ketehalan
total yang paling tipis (60 cm) dan masih memenuhi persyaratan untuk keamanan
dan kenyamanan selama pesawat akan melakukan tinggal landas dan pendaratan,
sedangkan metode yang menghasilkan ketehalan terbesar adalah metode CBR (70
cm).
Collections
- Civil Engineering [4220]