Show simple item record

dc.contributor.authorWirasno, Ade Heru
dc.date.accessioned2017-01-11T04:44:11Z
dc.date.available2017-01-11T04:44:11Z
dc.date.issued2000
dc.identifier.urihttp://hdl.handle.net/123456789/1883
dc.description.abstractD.I Yogyakarta memiliki banyak perkumpulan kesenian, yang terdaftar adalah 3226 perkumpulan tersebar di seluruh Yogyakarta. Dan tidak banyak yang mengetahui keberadaan dan eksistensi mereka Yogyakarta memiliki beberapa tempat yang sering digunakan sebagai tempat pertunjukan namun belum dapat menampung atau mewadahi organisasi yang ada. Selain itu Yogyakarta memiliki Malioboro sebagai pusat kota yang memiliki kegiatan yang bersifat seni. Malioboro juga merupakan kawasan historis dengan beberapa bangunan peninggalan kolonial. Bangunan-bangunan kolonial inilah yang memberikan karakter terhadap kawasan malioboro sebagai kawasan historis dan budaya. Pemilihan bangunan Fasilitas Seni Pertunjukan Tradisional Yogyakarta ini mengacu pada kegiatan yang ada di Benteng Vredeburg yang kegiatan presentasi seni pasif atau produk seni berupa barang yang dipamerkan, sehingga perlunya sebuah fasilitas seni pertunjukan agar kegiatan presentasi seni baik aktif maupun pasif dapat ditampilkan. Dan juga kebutuhan akan fasilitas pertunjukan yang belum dapat mewadahi kegiatan yang ada. Dengan adanya kawasan Malioboro maka dicoba untuk bagaimana bangunan ini juga dapat membentuk atau memperkuat karakter kawasan dengan mengkontekstualkan dengan bangunan-bangunan yang ada. Untuk itu diperlukan data-data yang dibutuhkan dalam kaitan kontekstualitas di kawasan ini. Data-data itu didapat dari; dokumentasi foto, studi literatur, survei instansional dan observasi lapangan Penganalisisan terhadap permasalahan dilakukan setelah data-data terkumpul. Penganalisisan terhadap kontekstualitas dilakukan pada kegiatan, pola masa, pola sirkulasi, orientasi bangunan, gaya bangunan, bentuk, kesesuaian, pola, dan fasade. Dengan cara mencari kesinambungan dari beberapa hal diatas, ada beberapa cara yang dapat dilakukan, yaitu, 1. Meniru motif desain yang telah ada, 2. Menggunakan bentuk dasar yang umum tetapi dengan penyusunan ulang, 3. Mengambil bentuk baru yang memiliki pengaruh visual yang sama, 4. Menyamarkan bentuk aslinya. Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil analisis ini menyatakan bahwa dengan mengkontekskan bangunan baru dengan bangunan yang telah ada, selain itu juga mengkontekskan point-point di atas maka karakter kawasan ini dapat dipertahankan, dan dapat lebih memperkuat citra kawasan Malioboro sebagai kawasan historis dan budaya.en_US
dc.publisherUII Yogyakartaen_US
dc.subjectFasilitas Senien_US
dc.subjectPertunjukan Tradisionalen_US
dc.subjectYogyakartaen_US
dc.subjectdi Kawasan Malioboroen_US
dc.subjectUngkapan Citra Bangunanen_US
dc.subjectMelalui Pendekatanen_US
dc.subjectPerancangan Arsitektur Kontekstualen_US
dc.titleFasilitas Seni Pertunjukan Tradisional Yogyakarta di Kawasan Malioboro Yogyakarta: Ungkapan Citra Bangunan Melalui Pendekatan Perancangan Arsitektur Kontekstualen_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record