Pengaruh Penambahan Serat Bambu terhadap Kuat Lentur Balok Beton Bertulang
Date
2001Author
Zarlis Ardhani, 93310106
Anang Budi Santosa, 93310140
Metadata
Show full item recordAbstract
Penelitian tentang beton dengan serat ("fibre concrete") telah banyak
dilakukan, tetapi penggunaan serat bambu masih sangat sedikit, padahal bambu
mempunyai kuat tarik yang cukup tinggi, harga relalif murah dan mudah didapatkan di
Indonesia.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan lentur balok beton
bertulang terdukung sederhana dengan penambahan serat bambu. Pengujian awal
dilakukan pada silinder untuk mengetahui kuat desak dan kuat tarik rata-rata. Serat yang
digunakan pada penelitian ini adalah serat dari bambu Ori dengan diameter 0.5 mm dan
bervariasi terhadap panjang. Benda uji untuk desak dan tarik digunakan silinder,
sedangkan lentur benda uji berupa balok beton bertulang. Pengujian desak menggunakan
variasi serat BSd4, BSd6. BSd8, diuji pada umur 7, 21 dan 28 hari, jumlah benda uji
masing-masing 4 buah. Untuk pengujian tarik variasi serat adalah BS14, BS16 dan BS18,
diuji pada umur 28 hari, jumlah benda uji masing-masing 4 buah tiap variasi. Pada
pengujian lentur variasi yang digunakan 4 cm atau BLS4, diuji pada umur 28 hari
dengan jumlah benda uji 2 buah. Prosentase berat serat terhadap semen sebesar 2 %
pada semua variasi. Serat yang digunakan diawetkan dengan cara direndam dalam air
yang mengalir selama 2 minggu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi prosentase serat
workabililasnya semakin berkurang. Pada pengujian awal dengan benda uji silinder
terjadi peningkatan kuat desak rata-rata beton serat terhadap beton normal, pada BSd4
sebesar 8. 1635 %, BSd6 sebesar 1.2841 %, BSd8 sebesar 7.2941 %. Untuk kuat tarik
rata-rata, BS18 terjadi peningkatan sebesar 7.77406 %, BS16 sebesar 2.07889 % dan
BSt4 sebesar 1.85799 %. Pada pengujian lentur dengan variasi serat 4 cm, pada beban
yang sama sebesar 5000 kg, lendutan pada BLNS sebesar 1.050 cm, sedangkan untuk
BLS 0.945 cm. Pada BLNS beban maksimum sebesar 5050 kg, lendutannya sebesar
1.175 cm, retak pertama pada beban 2300 kg. Pada BLS beban maksimum 5350 kg,
terjadi lendutan sebesar 1.345 cm, retak pertama pada beban 3000 kg. Dari uraian
diatas dapat disimpulkan bahwa pada beban yang sama balok dengan penambahan
serat bambu mengalami lendutan lebih kecil, sedangkan retak awal pada beban yang
sama sebesar 2300 kg pada BLNS terjadi retak awal sedangkan pada BLS belum terjadi
retak.
Collections
- Civil Engineering [4220]