| dc.description.abstract | Sebanyak 684 jiwa warga Kecamatan Pleret meninggal dan bangunan rusak karena gempa bumi 27 Mei tahun 2006, besarnya korban dan kerusakan bangunan salah satu sebabnya adalah ketidak tahuan masyarakat dalam mitigasi bencana sehingga mempengaruhi sikap untuk siap dan siaga mengantisipasi bencana masih kurang. Konsep BNPB dengan CBDP (Community Based Disaster Preparadness) adalah Sekolah Siaga Bencana, MIN I Bantul di Wonokromo Pleret telah memasang papan nama Sekolah Siaga Bencana, mendapat penghargaan dari SEAMEO DAN MEXT Jepang tahun 2012 dan membangun kembali sekolahnya dengan menggandeng Plan Internasional.
Penelitian ini bertujuan mengevaluasi MIN I Bantul, masih relevankah sebagai sekolah siaga bencana dari 4 parameter menggunakan framework kesiapsiagaan dari LIPI-UNESCO/ISDR (2006) yang meliputi Knowledge and Attitude (KAP), Emergency Planning (EP), warning system (WS), resource mobilization capacity (RMC)dan evaluasi kualitas bangunan menggunakan formulir evaluasi bangunan sederhana tipikal tembokan (Satyarno, 2012).Pengambilan data dengan kuesioner metode Sampel Bertujuan (purposive sample), untuk Kepala Sekolah, Pamong Guru,siswa kelas 4 dan 5, metode dokumentasi, observasi dan wawancara, analisa data menggunakan program microsoft excel yang menghasilkannilai indeks untuk membuat diagram dan mendiskripsikan kapasitas dan kualitas bangunan.
Perhitungan metode kuesioner nilai indeks 64,29 % kategori sedang dengan kesiapsiagaan hampir siap, metode dokumentasi indeks 7,407 % kategori kapasitas sangat kurang dengan kesiapsiagaan sangat kurang dan dengan metode observasi indeks 56,25 % termasuk kategori sedang dengan kesiapsiagaan hampir siap . Evaluasi bangunan sederhana indeks 95 % kategori kapasitas tinggi kesiapsiagaan sangat siap dan risiko bencana 0,007 % kategori moderat atau sedang. | en_US |
