dc.description.abstract | Kualitas merupakan hal yang terpenting dalam proses produksi agar produk yang
dihasilkan sesuai dengan standar dan dapat diterima oleh konsumen. Dimana ketika
perusahaan menghasilkan sebuah produk yang berkualitas dengan tingkat jumlah cacat
produk yan rendah maka dapat meningkatkan produktivitas. PT Cyroplene Mulia Abadi
merupakan perusahan yang bergerak dibidang manufaktur yaitu pembuatan rotan
sintetis. Perusahaan selalu memperhatikan kualitas produknya untuk dapat memuaskan
konsumen, tetapi perusahaan memiliki masalah terkait produk yang dihasilkan yaitu
jumlah cacat produk yang cukup tinggi yaitu 13,1% dari standar perusahaan sebesar
10%. Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian pada proses produksi rotan sintetis
untuk mengetahui faktor-faktor penyebab cacat produk yang ada di proses produksi
rotan sintetis serta memberikan usulan perbaikan untuk meminimalkan masalah cacat
yang ada. Pada penelitian ini menggunakan metode Lean Six Sigma dengan pendekatan
VSM (Value Stream Mapping) untuk mencari jenis-jenis waste atau pemborosan yang
ada selama proses produksi namun pada penelitian ini berfokus pada waste defect
(cacat). Kemudian menggunakan pendekatan DMAIC (Define, Measure, Analyze,
Control) untuk menganalisis penyebab cacat yang ada. Pada proses produksi rotan
sintetis terdapat 4 jenis cacat yaitu cacat bentuk, warna tidak sesuai, tekstur tidak sesuai
dan cacat diameter tetapi pada penelitian ini berfokus pada 2 jenis cacat yaitu cacat
bentuk dan warna tidak sesuai karena memiliki jumlah cat yang tertinggi. Hasil dari
penelitian ini adalah rata-rata nilai sigma sebesar 3,62 dan nilai DPMO sebesar
17.844,47 yang berarti bahwa perusahaan berada pada rata-rata industri Indonesia.
Analisis penyebab jenis cacat tersebut menggunakan pendekatan FMEA (Failure Mode
and Effect Anaysis) menurut perhitungan RPN tertinggi untuk jenis cacat bentuk dengan
nilai RPN sebesar 336 yang disebabkan oleh tidak melakukan perawatan mesin secara
teratur dan pada cacat warna tidak sesuai dengan nilai RPN sebesar 224 yaitu
disebabkabkan oleh pekerja tidak teliti terhadap pcampuran warna dan zat aditif karena
tidak menghiraukan SOP. Dari hasil FMEA tesebut untuk mendapatkan usulan terbaik
yaitu dengan menggunakan pendekan TRIZ (Theory of Inventive Problem Solving)
dengan kontradiksi yang ada maka usulan perbaikan yang diberikan adalah mengganti
maintenance breakdown menjadi maintenance preventive agar maintenance dilakukan
secara teratur dan berkala, kemudian membuat instruksi kerja untuk SOP yang ada
sehingga pekerja lebih memahami SOP. | en_US |