dc.description.abstract | Industri batik yang terdapat di Kecamatan Banguntapan, Piyungan, Pleret dan
Imogiri Kabupaten Bantul memiliki motif – motif andala masing –masing. Untuk
mendapatkan motif – motif itu banyak proses yang dilakukan dan salah satunya
pewarnaan. Ada 2 macam pewarna yang digunakan yaitu pewarna alami dan pewarna
sintetis yang menghasilkan berbagai warna yang indah dan dibutuhkan air yang banyak
untuk menyatukan warna tersebut. Sisa dari air yang digunakan untuk pewarnaan dan
pelorotan yang sudah tidak terpakai akan dibuang ke lingungan dan hal ini dapat
membahayakan lingkungan tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengidentifikasi bahaya yang akan ditimbulkan akibat industri batik dan menghitung
beban pencemar dari parameter BOD, COD dan TSS. Untuk mengitung beban
pencemar sebenarnya di industri batik yaitu dengan mengetahui Beban Pencemar
Maksimum (BPM) dan Beban Pencemar Sebenarnya dengan catatan BPA tidak boleh
lebih tinggi dari BPM. Apabila BPA lebih tinggi dari BPM maka dapat dipastikan
sampel yang di uji dapat mencemari lingkungan. setelah dihitung beban pencemaran
untuk parameter BOD, COD dan TSS sangat tinggi. Untuk parameter BOD di
Kecamatan Banguntapan didapatkan pewarna alami 0,35 kg/bulan, naptol 1,04
kg/bulan, naptol murni 0,22 kg/bulan dan plorotan 0,63 kg/bulan. Sedangkan untuk
parameter COD didaptkan pewarna alami 88,17 kg/bulan, naptol 179,64 kg/bulan,
naptol murni 384,92 kg/bulan dan pelorotan 233,45 kg/bulan. Dan untuk parameter
TSS didapatkan pewarna alami 17,27 kg/bulan, naptol 29,08 kg/bulan, naptol murni
38,42 kg/bulan dan pelorotan 41,04 kg/bulan. | en_US |