dc.description.abstract | Dilatar belakangi oleh tuntutan profesionalisme di segala bidang termasuk
sektor jasa konstruksi, maka pemerintah telah mengeluarkan Undang-undang
Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi. Dalam undang-undang
disebutkan bahwa diperlukan adanya sertifikasi ketrampilan dan keahlian kerja
bagi tenaga kerja konstruksi. Termasuk di dalamnya adalah pekerja operasional
konstruksi yaitu tukang. Terlebih lagi keberhasilan suatu proyek ditentukan antara
lain oleh kualitas pekerja operasionalnya. Namun ternyata perangkat atau pun
lembaga yang akan memberikan sertifikast tersebut belum siap, sehingga draft
atau susunan materi apa saja yang akan dijadikan variabel sertifikasi tersebut
belum ada. Oleh karena itu akan diadakan pemberian sertifikasi bagi pekerja
operasional konstruksi atau tukang yang bermukim di wilayah Yogvakarta dan
sekitarnya. Pada tahap awal adalah menyediakan perangkat atau sistem untuk
memberikan sertifikat tersebut.
Untuk mengetahui variabel-variabel apa saja yang menentukan proses
sertifikasi, maka diadakan penelitian melalui kuisioner yang disebarkan ke
masyarakat konstruksi di Yogyakarta yang dikelompokkan menjadi empat yaitu:
Asosiasi, Praktisi, Akademisi dan Pemerintah. Di dalam kuisioner tersebut
ditanyakan variabel-variabel apa saja yang dianggap perlu untuk disertakan dalam
proses sertifikasi, didasarkan pada teori dan praktek dilapangan. Kemudian data
yang diperoleh diolah dengan metoda statistik guna mencari variabel-variabel
mana saja yang menentukan dalam proses sertifikasi pekerja operasional
konstruksi. Sekaligus mengetahui rangking dan variabel-variabel tersebut serta
mencari ada atau tidak perbedaan persepsi dari masyarakat konstruksi terhadap
variabel-variabel tersebut.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapat beberapa variabel yang
menentukan dalam proses sertifikasi, yaitu : pendidikan formal, pendidikan non
formal, pengalaman kerja, keikutsertaan tukang dalam suatu proyek, kemampuan
kerja sama, kemampuan mencerna perintah atasan, faktor usia, kemampuan
membaca gambar, kemampuan menggunakan alat, registrasi sertifikat ketrampilan
dan klasifikasi ketrampilan kerja, kualifikasi tukang dan pengetahuan struktur
bangunan/bahan bangunan. Diketahui pula bahwa tidak ada perbedaaan persepsi
yang signifikan antar kelompok masyarakat konstruksi terhadap variabel-variabel
yang telah didapat. | en_US |