Implementasi Pendidikan Karakter dalam Perilaku Religius di SDI Al Azhar 31 Yogyakarta
Abstract
Dewasa ini pendidikan dihadapkan pada wacana membumikan kembali adanya pendidikan karakter. Karakter merupakan mustika hidup yang dimiliki manusia untuk membedakannya dengan binatang. Manusia yang memiliki karakter akan bertahan baik secara individual maupun sosial akan memiliki moral, akhlak, dan budi pekerti yang baik. Mengingat pentingnya karakter maka institusi pendidikan memiliki tanggung jawab untuk menanamkannya melalui proses pembelajaran. Adanya dampak globalisasi menjadi salah satu sebab masyarakat Indonesia melupakan adanya aspek pendidikan karakter. Gerakan Pendidikan Karakter yang dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada tahun 2017 mengidentifkasi lima nilai utama karakter yang saling berkaitan dalam membentuk jejaring nilai yang perlu dikembangkan sebagai prioritas, yaitu: nilai religius, nasionalis, mandiri, gotong-royong, dan integritas. Karakter yang ditekankan pada penelitian ini adalah Karakter Religius sebagai fondasi penguat kepribadian peserta didik. Karakter religius dikembangkan di sekolah melalui proses Intrakurikuler, ekstrakurikuler, dan kegiatan Non-kurikuler.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field research). Pendekatan yang dilakukan adalah deskriptif kualitatif. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan metode observasi, wawancara, dan studi dokumentasi.
Hasil dalam penelitian yang telah disusun menunjukkan bahwa dalam semua jenjang pendidikan adanya Pendidikan Karakter dalam aspek religius sangat penting untuk dilaksanakan. Sebagai inti dari Pendidikan Nasional, pendidikan karakter diproyeksikan untuk membentuk manusia yang beriman, bertaqwa, dan memiliki akhlak mulia. PPK dalam aspek religius dapat dilaksanakan dengan empat strategi, yaitu strategi inklusif dengan cara memasukkannya kedalam Silabus atau Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Kedua dengan strategi budaya sekolah misalnya dengan adanya kantin kejujuran. Ketiga melalui strategi eksplorasi diri (self explorer) dengan cara menggali pengalaman yang dimiliki baik pengalaman positif maupun pengalaman negatif. Keempat dengan cara penilaian teman sejawat (peer group evaluation) dengan cara guru memberi kewenangan kepada siswa untuk menilai temannya sendiri.