Show simple item record

dc.contributor.authorWidityawan, Nikko
dc.date.accessioned2016-12-21T06:51:38Z
dc.date.available2016-12-21T06:51:38Z
dc.date.issued2004
dc.identifier.urihttp://hdl.handle.net/123456789/1490
dc.description.abstractPencemaran udara saat ini, terutama pada kota-kota besar ataupun daerah-daerah industri di Indonesia mulai dirasakan menjadi masalah yang cukup memprihatinkan. Dengan aktivitas produksi yang cukup tinggi, PT. Krakatau Steel sebagai salah satu kawasan industri baja terpadu terbesar di Asia Tenggara, yang di dalamnya terdapat tujuh buah pabrik utama yang terintegrasi, memiliki kecenderungan untuk menghasilkan bahan-bahan pencemar bagi lingkungan sekitar, dalam hal ini khususnya adalah bahan-bahan pencemar yang dilepaskan ke udara sekitar (udara ambient). Telah dilakukan pengukuran kadar SO2, NO2, dan TSP (Total Suspended Particulate) udara ambient pada lima lokasi di kawasan PT. Krakatau Steel pada bulan Februari 2004. Data konsentrasi SO2, NO2, dan TSP hasil pengukuran Februari 2004 kemudian dibandingkan dengan konsentrasi teoritis SO2, NO2, dan TSP dari persamaan Gauss dan dibandingkan pula dengan data pengukuran sebelumnya, Oktober 2003. Pengambilan sampel udara dilakukan pada lima lokasi sampling yang biasa dijadikan titik sampling oleh divisi K3LH PT. Krakatau Steel. Sampel udara untuk pengukuran partikel debu diambil dengan alat High Volume Sampler, sedangkan NO2 dan SO2 menggunakan Gas Sampler dengan impinger yang berisi larutan absorben. Hasil dari penelitian kali ini menunjukkan bahwa perbedaan rata-rata konsentrasi SO2 dan NO2 teoritis dan pengukuran di lapangan pada saat penelitian Februari 2004 lebih besar nilainya dibandingkan dengan konsentrasi pada periode Oktober 2003. Dari hasil tersebut, dapat diduga bahwa untuk menganalisis sebaran konsentrasi udara ambient sangat dipengaruhi oleh faktor meteorologi, data-data emisi cerobong yang akurat, serta kemungkinan adanya pengaruh bangunan. Hasil pengukuran konsentrasi SO2 dan NO2 di lapangan pada saat penelitian menunjukkan hasil masih berada dibawah standar Baku Mutu Udara Ambient (BMUA) menurut PP.No.41 Tahun 1999, Tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Konsentrasi SO2 tertinggi setelah dikonversikan ke dalam waktu standar (24 jam) diperoleh hasil sebesar 23,21161µg/m3 pada titik 1 (area perempatan WS), lebih rendah dari baku mutu yaitu sebesar 365 µg/m3. Sedangkan untuk konsentrasi NO2 tertinggi setelah dikonversikan ke dalam waktu standar (24 jam) diperoleh hasil sebesar 23,45221 µg/m3 pada titik 4 (area MH DR), lebih rendah dari baku mutu yaitu sebesar 150 µg/m3. Hasil pengukuran terhadap konsentrasi debu ambient / TSP di beberapa titik lokasi sampling pada saat penelitian, melebihi nilai baku mutu yaitu sebesar 230 µg/lm3, namun kondisi tersebut tidaklah sepenuhnya dipengaruhi oleh faktor emisi, melainkan hasil dari aktivitas di sekitar lokasi sampling serta berasal dari debu permukaan tanah.en_US
dc.publisherUII Yogyakartaen_US
dc.subjectSO2en_US
dc.subjectNO2en_US
dc.subjectTotal Suspended Particulate (TSP)en_US
dc.subjectBMUAen_US
dc.titleDistribusi SO2, NO2, dan TSP Udara Ambient pada Beberapa Lokasi di Kawasan PT. Krakatau Steelen_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record