Show simple item record

dc.contributor.authorArifin, M. Bustanul
dc.contributor.authorMaulana, M. Avif
dc.date.accessioned2019-06-18T06:52:08Z
dc.date.available2019-06-18T06:52:08Z
dc.date.issued2003
dc.identifier.urihttp://hdl.handle.net/123456789/14632
dc.description.abstractPenggunaan aspal minyak sebagai bahan pengikat pada campuran beton aspal (AC) banyak dijumpai di Indonesia, namun sering dijumpai kelemahan berupa kerusakan akibat beban lalu lintas dan temperatur udara harian tahunan yang tinggi. Banyak cara telah dikembangkan untuk mengatasi masalali ini diantaranya memodifikasi aspal dengan bahan tambah (additive) serat selulosa, lateks, polyolefin dan lain-lain. Penelitian penggunaan limbah busa lateks sebagai alternatif bahan tambah (additive) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruhnya terhadap karakteristik Marshall dan permeabilitas beton aspal. Penelitian ini dilakukan dengan empat tahap. Tahap I untuk mencari kadar aspal optimum (KAO) dengan variasi kadar aspal 4,5 % sampai 6,5 % pada interval 0,5 % menggunakan aspal AC60/70, sehingga didapat KAO sebesar 6,45 %. Tahap II untuk mencari kadar limbah busa lateks optimum dengan variasi kadar limbah busa lateks 0 %, 1 %, 2 %, 3 %, 4 %, dan 5% pada KAO, sehingga didapat kadar limbah busa lateks optimum sebesar 0,35 %. Kedua tahap pengujian diatas dilakukan di laboratorium menggunakan alat uji Marshall terhadap tiap model benda uji. Tahap III dilakukan pengujian penetrasi dan titik lembek terhadap aspal dengan kadar limbah busa lateks optimum untuk mengetahui perubahan sifat fisik aspal setelah ditambah limbah busa lateks. Tahap IV dibuat model campuran beton aspal dengan limbah busa lateks optimum pada KAO untuk pengujian terhadap durabilitas dengan uji perendaman Marshall dan permeabilitas dengan alat AF-16. Hasil penelitian menunjukkan bahwa limbah busa lateks dapat dimanfaatkan sebagai bahan tambah (additive) untuk campuran beton aspal karena berdasarkan karakteristik Marshall (stabilitas, flow, VFWA, VITM dan Marshall Quotient) penambahan kadar limbah busa lateks pada interval 0% sampai 0,7% memenuhi semua persyaratan spesifikasi Bina Marga (1987). Campuran beton aspal dengan limbah busa lateks (LBL) memiliki nilai stabilitas, flow, VFWA dan Indeks perendaman (IP) lebih tinggi, sedangkan nilai VITM dan Marshall Quotient (MQ) lebih rendah dibandingkan campuran beton aspal tanpa LBL. Dengan limbah busa lateks (LBL) campuran beton aspal memiliki nilai durabilitas lebih tinggi dibandingkan dengan campuran beton aspal tanpa LBL. Koefisien permeabilitas campuran beton aspal dengan limbah busa lateks (LBL) lebih rendah dibandingkan dengan campuran beton aspal tanpa LBL. Berdasarkan klasifikasi yang dibuat oleh Mullen (1967), nilai koefisien permeabilitas beton aspal dengan dan tanpa limbah busa lateks termasuk dalam klasifikasi practically impervious.en_US
dc.publisherUniversitas Islam Indonesiaen_US
dc.subjectPengaruh Limbah Busa Lateksen_US
dc.subjectSebagai Additiveen_US
dc.subjectKarakteristik Marshallen_US
dc.subjectPermeabilitas Beton Aspal (AC)en_US
dc.titlePengaruh Limbah Busa Lateks Sebagai Additive terhadap Karakteristik Marshall dan Permeabilitas Beton Aspal (AC)en_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record