Evaluasi Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Terdesentralisasi di Daerah Pingit Kecamatan Jetis Yogyakarta
Abstract
Masyarakat Daerah Pingit sebelum adanya IPAL komunal membuang limbah cair
domestik langsung ke sungai dan dari kegiatan tersebut menyebabkan kandungan
Amonium, COD dan TSS yang terdapat di dalam air sungai Winongo menjadi tinggi.
Dampak negatif dari hal tersebut adalah menurunnya kualitas air Sungai Winongo.
Untuk itu KDLH (Kantor Dampak Lingkungan Hidup) kota Jogjakarta bekerjasama
dengan DEWATS (Decentralized Wastewater Treatment System) setuju untuk
membangun IPAL di Daerah Pingit.
Tugas akhir ini membahas tentang efisiensi kinerja sistem pengolahan IPAL dan
juga pengelolaan sistem terdesentralisasi dalam menangani limbah domestik. Dalam hal
ini data yang dibutuhkan adalah kuisioner, observasi, sampel air limbah (data primer)
dan juga peta wilayah, data teknis instalasi DEWATS, topografi (data sekunder). Analisa
yang digunakan untuk menganalisis data adalah deskriptif dan juga pengolahan data
dengan metode t-test. Analisis untuk ketiga parameter tersebut mengacu pada SNIM-70-
1990-03 (COD), SNI06-6989.3-2004 (TSS), SK SNI M-48-1990-03 (NH₄).
Hasil analisa menunjukkan IPAL mampu mereduksi COD sebesar 44,77%, TSS
86,97%, Amonium 1,91%. Untuk hasil analisa kuisioner secara deskriptif menunjukkan
40 % penduduk menetap >20 th; pekerjaan masyarakat 46,7% swasta, 20 % PNS, 6,6%
karyawan; tingkat pendidikan masyarakat rata-rata 53,3 % tamatan SD,SMA/SMK;
pemakaian rata-rata air bersih 50 - 100 L/hr; sumber air diambil kebanyakan dari
sumur, air sisa yang sering dihasilkan rata-rata dari sisa air mandi, cuci,WC; sebagian
besar masyarakat setuju dengan dibangunnya IPAL komunal dan juga setuju untuk
melakukan pemeliharaan IPAL, selain itu hasil evaluasi menunjukkan kadar COD diatas
standar baku mutu Keputusan KepMen LH 112/2003, untuk TSS dibawah standar, akan
tetapi untuk Amonium tidak ada penurunan.
Collections
- Environmental Engineering [1430]