Show simple item record

dc.contributor.authorAgusta, Muhammad Donny
dc.date.accessioned2016-12-14T07:54:52Z
dc.date.available2016-12-14T07:54:52Z
dc.date.issued2005
dc.identifier.urihttp://hdl.handle.net/123456789/1416
dc.description.abstractStock split menjadi salah satu alat populer yang digunakan oleh para manajer perusahaan untuk menata kembali harga pasar saham. Secara teoritis, motivasi yang melatarbelakangi perusahaan melakukan stock split serta dampak yang telah ditimbulkannya tertuang dalam beberapa teori, antara lain: trading range theory, signalling theory. Hasil penelitian sebelumnya yang berada diarea ini menunjukkan adanya perbedaan hasil terhadap kedua teori, yakni: trading range theory, signalling theory. Trading Range Theory yang menyatakan bahwa manajemen yang melakukan Stock Split dapat menjaga harga saham tidak terlalu mahal, yang pada akhirnya dapat meningkatkan likuiditas perdagangan saham. Signalling Theory menyatakan bahwa stock split dapat memberikan sinyal positif prospek perusahaan masa depan yang diinformasikan manajer kepada publik. Alasan sinyal ini didukung dengan adanya kenyataan bahwa perusahaan yang melakukan stock split adalah perusahaan yang mempunyai kinerja yang baik. Penelitian ini termasuk penelitian empiris dan menguji faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan yang melakukan stock split di BEJ dari tahun 1999 sampai 2003. Pengujian Hipotesis menggunakan uji regresi logistik untuk melihat pengaruh tingkat signikansi kondisi harga pasar saham dan frekuensi perdagangan saham terhadap keputusan perusahaan untuk melakukan stock split dan menggunakan uji dua beda rata-rata untuk melihat kondisi frekuensi perdagangan saham perusahaan yang melakukan stock split 10 hari sebelum RLPBS (Rapat Luar Biasa Pemegang Saham) dan 10 hari sesudah Perdagangan saham di BEJ. Hasil dari penelitian ini, berhasil mengindikasikan dukungan terhadap dua hipotesis dari tiga hipotesis yang diajukan. Dukungan terhadap trading range theory tampak dari hasil analisis hipotesis pertama yang menyatakan bahwa perusahaan melakukan stock split karena memandang harga sahamnya terlalu mahal, namun tidak oleh hipotesis kedua. Hasil pengujian hipotesis ketiga menunjukkan ada perbedaan frekuensi perdagangan saham sebelum dan sesudah peristiwa stock split, hasil ini menunjukkan pula dukungan terhadap trading range theory.en_US
dc.publisherUII Yogyakartaen_US
dc.subjectAnalisis Faktor-Faktoren_US
dc.subjectyang Mempengaruhi Stock Spliten_US
dc.subjectPengaruh Stockspliten_US
dc.subjectLikuiditas Sahamen_US
dc.titleAnalisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stock Split dan Pengaruh Stocksplit terhadap Likuiditas Sahamen_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record