Show simple item record

dc.contributor.authorPutri, Anggi Andriani
dc.date.accessioned2019-02-12T08:06:26Z
dc.date.available2019-02-12T08:06:26Z
dc.date.issued2005
dc.identifier.urihttp://hdl.handle.net/123456789/13550
dc.description.abstractSejak 2000 tahun yang lalu hingga saat ini asma masih menjadi suatu permasalahan kesehatan yang cukup serius. Tidak diketahuinya penyebab timbulnya asma secara pasti, mengakibatkan 'penyembuhan' bagi para penderitanya menjadi sulit dilakukan. Dalam hal ini keberadaan Pusat Rehabilitasi Asma merupakan fasilitas yang dibutuhkan penderita asma, sehingga untuk menciptakan kesesuain antara bangunan dengan aspek alam, arsitektur bioklimatis diterapkan sebagai penekanan dalam desain pusat rehabiltasi ini. Karena penyakit asma, sesungguhnya, sangat bergantung pada kondisi iklim. Penerapan arsitektur bioklimatis ini diwujudkan pada penataan fasade, penataan orientasi dan masa bangunan, penataan landscape serta penataan ruang-ruang fungsi. Pusat rehabilitasi asma ini dibagi menjadi 2 masa yaitu, masa 1 ialah gedung pengelola dimana semua aktivitas rehabilitasi (baik medis maupun non medis), administrasi, kantor pengelola, hingga area servis diwadahi dalam 1 masa bangunan. Masa 2 ialah gedung rawat inap tempat para rehabilitan beristirahat yang terdiri dari 5 unit masa, disini hanya terdiri dari ruang rawat inap dan ruang perawat saja demi menjaga ketenangan para rehabilitan. Penataan fasade diwujudkan dengan dominasi bukaan-bukaan yang sangat lebar serta digunakannya atap miring dan adanya selasar disekeliling ruang yang bertujuan sebagai filter terhadap radiasi matahari. Penataan orientasi masa bangunan disesuaikan dengan arah pergerakan angin dan matahari karena itu masa bangunan diorientasikan 45 derajat sejajar dengan arah datangnya angin yaitu tenggara, hal ini bertujuan untuk memperlancar pergerakan debu-debu yang tidak dikehendaki para penderita asma. Vegetasi disekitar masa ditata berdasarkan aspek klimatis yang ada sehingga barfungsi juga sebagai filter terhadap debu-debu dan radiasi matahari. Untuk itu dipilih vegetasi dengan berbagai ragam bentuk mulai dari phoenix, bambu jepang, cemara lilin, hingga teh-tehan, semua ini disesuaikan dengan kebutuhan dan faktor klimatis yang ada. Ruang-ruang yang terdapat pada 2 masa bangunan ini ditata kearah vertikal. Untuk masa 1 ditata berdasar zonifikasi kegiatannya, jadi semakin keatas (lantai 2) maka area tersebut semakin privat. Berbeda pada masa 2, disini ditata tidak berdasar zonifikasi kegiatannya tetapi pada tingkatan asma yang diderita, lantai dasar dikhususkan untuk asma dengan tingkat yang paling berat begitu seterusnya hingga lantai atas (lantai 3) dikhususkan untuk penderita asma paling ringan. Dengan adanya kesesuain antara bangunan dengan alam disekitarnya diharapkan pusat rehabilitasi asma ini mampu merespon dan beradaptasi dengan iklim yang ada serta memenuhi aspek kuratif yang sangat dibutuhkan para rehabilitan.en_US
dc.publisherUniversitas Islam Indonesiaen_US
dc.subjectPusat Rehabilitasi Asmaen_US
dc.subjectPenerapan Arsitektur-Bioklimatis pada bangunanen_US
dc.subjectRehabilitasi asmaen_US
dc.subjectbioklimatisen_US
dc.subjectbukaan lebaren_US
dc.subjectorientasi bangunanen_US
dc.subjectvertical landscapeen_US
dc.subjectleveling lantaien_US
dc.titlePusat Rehabilitasi Asma Penerapan Arsitektur-Bioklimatis pada bangunanen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record