Show simple item record

dc.contributor.authorHastutiningsih, Emy Dwi
dc.date.accessioned2019-01-23T08:56:49Z
dc.date.available2019-01-23T08:56:49Z
dc.date.issued2007
dc.identifier.urihttp://hdl.handle.net/123456789/13169
dc.description.abstractBagaimana stasiun kerja yang baik, seringkali dianggap tidak penting oleh perusahaan atau perorangan. Hal ini tentunya akan berakibat pada menurunnnya produktivitas kerja. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisa stasiun kerja yang ergonomis, sesuai dengan kenyamanan pekerja. Pendekatan ergonomis didalam perancangan stasiun kerja merupakan satu hal yang penting untuk diperhatikan. Dengan pendekatan ergonomis maka kenyamanan kerja operator akan naik dan produktivilas akan meningkat pula. Metode yang digunakan yaitu Analytical Hierarchy Proces (AHP). AHP akan memberikan struktur hierarchy berupa kriteria dan subkriteria yang menjadi dasar pertimbangan dalam analisis stasiun kerja ergonomis. Kriteria dan subkriteria yang tersusun dalam pemilihan stasiun kerja tersebut adalah kemudahan gerak dengan subkriteria luas area kerja, posisi alat dan posisi material. Kriteria kedua adalah kenyamanan kerja dengan subkriteria suhu, cahaya, posisi kerja serta kebisingan. Kriteria ketiga adalah keselamatan kerja dengan subkriteria keamanan kerja, debu, bau. Dari hasil penelitian diperoleh bobot kriteria sebagai berikut: untuk departemen perakitan kriteria kemudahan gerak (0.4640) dengan subkriteria luas area kerja (0.2982), posisi alat (0.0874), posisi material (0.0587). Kriteria kedua adalah kenyamanan kerja (0.1934) dengan subkriteria suhu (0.0385), cahaya (0.0387), posisi kerja (0.0806), serta kebisingan (0.0288). Kriteria ketiga keselamatan kerja (0.2130) dengan subkriteria keamanan kerja (0.1485), debu (0.0447), ban (0.0179). Berdasarkan perbandingan seluruh kriteria dan subkriteria, diperoleh altematif stasiun kerja A sebagai stasiun kerja yang dianggap nyaman oleh pekerja. Untuk departemen finishing kriteria kemudahan gerak (0.5200), dengan subkriteria luas area kerja (0.3591), posisi alat (0.0977) posisi material (0.0513). Kriteria kedua adalah kenyamanan kerja (0.2036), dengan subkriteria suhu (0.0358), cahaya (0.0456), posisi kerja (0.0816) kebisingan (0.0311). Kriteria ketiga keselamatan kerja (0.1437) dengan subkriteria keamanan kerja (0.1044), debu (0.0244), bau (0.0126). Berdasarkan perbandingan seluruh kriteria dan subkriteria, diperoleh altematif stasiun kerja A sebagai stasiun kerja yang dianggap nyaman oleh pekerja. Kecuali pada subkriteria bau, yang dianggap nyaman oleh pekerja adalah stasiun kerja B.en_US
dc.publisherUniversitas Islam Indonesiaen_US
dc.subjectAnalisis Alternatifen_US
dc.subjectStasiun Kerjaen_US
dc.subjectErgonomisen_US
dc.subjectAnalytical Hierarchy Processen_US
dc.subjectStudi Kasusen_US
dc.subjectCV. Dewata Furni Exporteren_US
dc.subjectYogyakartaen_US
dc.titleAnalisis Alternatif Stasiun Kerja yang Ergonomis dengan Mempergunakan Analytical Hierarchy Process (Studi Kasus pada CV. Dewata Furni Exporter Yogyakarta)en_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record