Studi Komparasi Kinerja Jalan Bebas Hambatan dengan Metode MKJI 1997 dan HCM 1994 pada Jalan Tol Seksi B Semarang
Abstract
Jalan tol Semarang terbagi menjadi tiga seksi, yaitu A, B, dan C, dengan seksi B yang merupakan seksi terpadat dengan arus kendaraan dari tiga arah: Krapyak, Srondol, dan Jatingaleh. Ketidakseimbangan antara peningkatan volume lalu lintas dengan prasarana yang ada akan menimbulkan masalah pada kinerja jalannya. Dari permasalahan tersebut, perlu dikaji kembali kinerja Jalan Tol Seksi B Semarang berdasarkan perilaku lalu lintasnya, sehingga dapat diketahui kondisi dan tingkat pelayananjalan tersebut pada kondisi sekarang.
Analisa dilakukan dengan menggunakan metode MKJI 1997 dibandingkan dengan metode HCM 1994 sehingga menghasilkan kinerja dari jalan tersebut dan diperoleh metode yang sesuai dengan kondisi lapangan. Data volume kendaraan diperoleh dengan cara pengamatan langsung di lapangan dengan menggunakan video camera. Survei dilakukan selama 12 jam, yaitu dari pukul 6:30 sampai dengan pukul
18:30. Data kecepatan pada metode HCM 1994 diperoleh dengan menggunakan metode moving car observer.
Hasil survei menunjukkan bahwa Jalan Tol Seksi B Semarang mempunyai jam sibuk pada pagi hari jam 07.45-08.45 ke arah Jatingaleh dengan jumlah volume sebesar 912 kend/jam dan pada sore hari jam 17.25 -18.25 ke arah Srondol dengan jumlah volume sebesar 1150 kend/jam. Metode MKJI 1997 menyatakan bahwa jalan tersebut belum ada masalah dengan kapasitasnya. Hal ini ditunjukkan dengan DS ke arah Jatingaleh sebesar 0,256 dan 0,328 ke arah Srondol untuk alinyemen datar. Untuk alinyemen gunung DS-nya 0,407 ke arah Jatingaleh dan 0,432 untuk arah ke Srondol. Analisa dengan metode HCM 1994 pada kelandaian umum diperoleh arus jam puncak ke arah Jatingaleh berada pada LOS B dengan MSF sebesar 602,497 pcphpl dan ke arah Srondol berada pada LOS C dengan MSF sebesar 771,44 pcphpl. Untuk kelandaian khusus, arus jam puncak ke arah Jatingaleh berada pada LOS B dengan MSF sehesar 604,070 pcphpl, dan ke arah Srondol berada pada LOS F dengan MSF sebesar 1495,620 pcphpl. Perbedaan dari kedua metode adalah pada penentuan komposisi kendaraan, segmen jalan, ekuivalensi mobil penumpang, dan kecepatan arus bebas. Penilaian perilaku lalu lintas (level of service) metode MKJI 1997 menggunakan nilai Derajat Kejenuhan dan metode HCM 1994 menggunakan arus dan kecepatan rata-rata kendaraan pada kondisi ideal.
Collections
- Civil Engineering [4192]