Pusat Kegiatan Islam di Kabupaten Daerah Tingkat II Kebumen (Ditinjau dari Aspek Tektonik Bangunan dan Aspek Realitas Daerah Kebumen pada Khususnya dan Daerah Propinsi Jawa Tengah pada Umumnya)

Abstract

Arsitektonik disini bagi penulis merupakan pembahasan yang cukup menarik, karena dengan adanya teknologi struktur bangunan yang saat ini semakin canggih arsitektonik lebih cenderung dihilangkan oleh kebanyakan arsitek bangunan. Maka penulis ingin mengingatkan kembali tentang peranan arsitektonik dalam merancang suatu desain suatu bangunan. Penulis juga ingin mengingatkan tentang peranan penting dari sebuah lingkungan yang melingkupi bangunan yang akan dirancang oleh arsitek. Jadi antara lingkungan dan bangunan tidak akan terjadi kontroversi. Arsitektonik yang diamati penulis pada daerah Kebumen ditemukan pada Masjid Soko Tunggal di desa Pekuncen Kebumen. Dengan soko tunggalnya yang bermaterial kayu (berdimensi ± 30 cm ) menyangga dengan kokohnya struktur atap kayu masjid. Kekokohan soko tunggal ini terlihat dari bentang atap yang cukup pendek yaitu ± 9 m, ini menggambarkan rasionalitas struktur kayu dalam menyangga beban. Dalam perancangan bangunan pusat kegiatan Islam ini penggambaran rasionalitas struktur soko tunggal ini diwujudkan dalam detail-detail arsitektural bermaterial kayu, seperti pada pintu dan jendela. Arsitektonik juga ditemukan pada bangunan tipikal tempat pembakaran genteng Sokka Kebumen. Terdapat massa-massa bangunan tipikal yang tiap massa bangunan mempunyai luasan rata-rata 3x4 m2. Rasionalitas struktur terlihat pada bentang atap bangunan yang tidak lebar. Material batu-bata digunakan pada pelingkup dinding dan kolom penyangga pelebaran atap bangunan. Dalam perancangan, arsitektonik ini diwujudkan dalam pemakaian bentang yang tidak lebar, sehingga bentang atap kayu secara rasional dapat benar-benar menahan beban konstruksi atap itu sendiri. Jadi bangunan pusat kegiatan Islam ini secara keseluruhan dapat mencerminkan realitas sosial dan material daerah Kebumen.