Show simple item record

dc.contributor.authorNugroho, Moh. Agus
dc.date.accessioned2018-12-13T03:00:10Z
dc.date.available2018-12-13T03:00:10Z
dc.date.issued2017
dc.identifier.urihttp://hdl.handle.net/123456789/12101
dc.description.abstractPasca keputusan Presiden RI ke-7, Joko Widodo yang menetapkan122 kabupaten tertinggal 2015-2019. Membuat Provinsi Papua menempatkan posisinya menjadi daerah paling tertinggal dari 34 provisi di Indoesia. Hal ini menimbulkan berbagai permasalahan ekonomi yang ada di daerah tersebut. Mengingat darat Provinsi Papua merupakan pertambangan emas terbesar di dunia. Hal yang menjadi sorotan menarik bagi peneliti di untuk mengupas berbagai permasalahan ekonomi yang terjadi di Papua dan menelaahnya kedalam konsep ekonomi Islam. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesenjangan ekonomi yang ada di Papua selama priode 2011-2015 dan untuk mengkaji, serta menganalisis pandangan ekonomi Islam tentang kesenjangan ekonomi di Papua dengan konsep ekonomi yang berkeadilan mengacu pada ajaran Islami.Menggunakan indeks Williamson dalam mengukur kesenjangan ekonomi antar kabupaten di Provinsi Papua dengan analisis PDRB perkapita dan jumlah penduduk. Kemudian ditelaah dengan konsep pemikiran ekonomi Islam. Metode yang digunakan dalam penelitian ini kualitatif deskriptif dengan analisis melalui 4 (tahapan) yaitu pengumpulan data, reduksi data, verifikasi data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini permasalahan mendasar pada Papua yaitu pertumbuhan IPM Papua 2014-2015 hanya tumbuh sebesar 0,88 persen sehingga secara nasional menempati urutan ke-21 dari 34 provinsi, infrastruktur seperti kerapatan jalan juga menempati posisi dibawah dari 33 provinsi dan struktur ekonomi yang bergantung pada pertambangan juga menjadi masalah. Ketimpangan tertinggi terjadi di Kabupaten Mimika dengan rata-rata angka Indeks Williamson sebesar 2,007 dan Kabupaten Keerom terendah dengan Indeks Williamson sebesar 0,006. Secara konsep ekonomi Islam, ketimpangan antar wilayah karena tidak meratanya distribusi kekayaan. Namun, keadilan distribusi seperti zakat, infak, sedekah dan wakaf kurang efektif, karena hanya 13,15 persen penduduknya yang beragama muslim di Papua. Sehingga peneliti menawarkan solusi dengan menggunakan pemikiran M. Umer Chapra mengenai kesenjangan ekonomi, yaitu pembangunan manusia, mengurangi pemusatan kekayaan, restruktur ekonomi, restrukturisasi keuangan dan perencenaan kebijakan strategi.en_US
dc.publisherUniversitas Islam Indonesiaen_US
dc.subjectKesenjanganen_US
dc.subjectEkonomi Islamen_US
dc.titleKesenjangan Ekonomi di Provinsi Papua Tahun 2011-2015 Telaah Ekonomi Islamen_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record