Show simple item record

dc.contributor.advisorLalu Makrup, Dr. Ir. M.T.,
dc.contributor.authorDIMAS GUSTORO, 14511278
dc.date.accessioned2018-12-06T07:53:53Z
dc.date.available2018-12-06T07:53:53Z
dc.date.issued2018-10-19
dc.identifier.urihttps://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/11991
dc.description.abstractDalam ilmu hidrologi hujan merupakan salah satu unsur yang paling penting untuk dipelajari dan dikaji. Terutama dalam perencanaan suatu bangunan air seperti bendungan dan bendung, data hujan harus diperhitungkan dengan baik dan tepat untuk mendapatkan nilai debit banjir rancangan yang tepat. Untuk mendapatkan nilai debit banjir rancangan terlebih dahulu perlu dilakukan analisis pola distribusi hujan, dimana pada perhitungan pola distribusi hujan diperlukan data hujan titik baik itu data hujan menit-menitan ataupun jam-jaman. Namun ketersediaan data hujan menit-menitan dan jam-jaman di Indonesia rata-rata belum memadai karena masih banyak menggunakan alat ukur hujan manual harian. Jika data hujan jam-jaman tidak tersedia, untuk membentuk pola distribusi hujan dapat digunakan metode empiris seperti Alternating Block Method (ABM), Metode Tadashi Tanimoto, Triangular Hyetograph Method (THM), ataupun Modified Mononobe Method. Pada penelitian ini, pola distribusi hujan ingin dikaji melalui metode observasi dengan menggunakan data hujan yang terjadi di Daerah Aliran Sungai (DAS) Progo dari tahun 2013-2015. Selain itu, pola distribusi hujan juga akan dikaji dengan metode empiris untuk mencari pola distribusi yang dapat mendekati hasil metode observasi, dalam penilitian ini metode empiris yang digunakan adalah Alternating Block Method (ABM) dan Modified Mononobe Method. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola distribusi hujan jam-jaman yang terjadi di DAS Progo dan membandingkan pola distribusi hujan empiris (ABM dan Modified Mononobe) terhadap pola distribusi hujan observasi untuk didapatkan pola distribusi hujan empiris yang paling tepat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada pola distribusi hujan dengan durasi hujan 2, 3, dan 4 jam metode Modified Mononobe memiliki kesesuaian yang lebih baik terhadap metode observasi karena memiliki nilai penyimpangan yang lebih kecil dibandingkan dengan metode ABM terhadap metode observasi. Sedangkan pada pola distribusi hujan dengan durasi hujan 5, 6, 7, dan 8 jam pola distribusi hujan tidak bisa menggunakan pendekatan metode empiris karena nilai penyimpangan yang terjadi terlalu besar.en_US
dc.publisherUniversitas Islam Indonesiaen_US
dc.subjectPola Distribusi Hujanen_US
dc.subjectMetode Observasien_US
dc.subjectMetode Empirisen_US
dc.titleANALISIS POLA DISTRIBUSI HUJAN JAM-JAMAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI PROGOen_US
dc.typeUndergraduate Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record